Kamis 21 Jul 2022 08:21 WIB

Para Pengunjuk Rasa Menolak Pemimpin Baru Sri Lanka

Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di situs GotaGoGama di Kolombo.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga Sri Lanka menghadiri protes duduk damai menuntut penggulingan Perdana Menteri dan Penjabat Presiden Ranil Wickremesinghe di luar kantor presiden di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 20 Juli 2022. Parlemen Sri Lanka memberikan suara secara rahasia Rabu untuk presiden baru untuk memimpin negara keluar dari krisis politik, ekonomi dan kemanusiaan yang mendalam.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Warga Sri Lanka menghadiri protes duduk damai menuntut penggulingan Perdana Menteri dan Penjabat Presiden Ranil Wickremesinghe di luar kantor presiden di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 20 Juli 2022. Parlemen Sri Lanka memberikan suara secara rahasia Rabu untuk presiden baru untuk memimpin negara keluar dari krisis politik, ekonomi dan kemanusiaan yang mendalam.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Para pengunjuk rasa antipemerintah telah kembali ke jalan-jalan di ibu kota Sri Lanka, setelah parlemen memilih Ranil Wickremesinghe sebagai presiden baru negara itu. Para pengunjuk rasa mengatakan, mereka akan melanjutkan pemberontakan.

Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di situs GotaGoGama di Kolombo pada Rabu (20/7/2022). Para pemimpin protes menolak untuk menerima Perdana Menteri Wickremesinghe sebagai kepala negara baru. Mereka menganggap Wickremesinghe bertanggung jawab atas krisis ekonomi dan politik yang  terjadi di negara itu.

Baca Juga

“Seperti yang Anda ketahui, parlemen memilih presiden baru hari ini, tetapi presiden itu bukan orang baru bagi kami, itu bukan mandat rakyat,” Pemimpin Federasi Mahasiswa Antar Universitas, Wasantha Mudalige, dalam orasinya.

“Kami berhasil mendepak Gotabaya Rajapaksa yang memperoleh 6,9 juta suara, tetapi Ranil Wickremesinghe kini telah mengamankan kursi itu dari kursi belakang. Ranil bukan presiden kita," ujat Mudalige menambahkan.

Para pengunjuk rasa menuduh Wickremesinghe membuat kesepakatan dengan keluarga Rajapaksa yang berkuasa untuk mengalahkan saingan politiknya. Gotabaya Rajapaksa menunjuk Wickremesinghe sebagai perdana menteri pada Mei. Kemudian Wickremesinghe ditunjuk sebagai penjabat presiden, setelah Rajapaksa meninggalkan Sri Lanka beberapa waktu lalu. Dalam aksi protes pada Rabu (20/7/2022), para pembicara dari kalangan biksu Buddha, pendeta Katolik, mahasiswa dan seniman menolak untuk mendukung pilihan parlemen.

“Ranil Wickremesinghe harus tahu bahwa jutaan orang di jalanan jauh lebih besar dari 134 orang,” kata seorang seniman  Jagath Manuwarna, merujuk pada 134 anggota parlemen yang memilih Wickremesinghe.

Seorang aktivis terkemuka, Melani Gunathilake, mengatakan, gerakan protes yang dipimpin oleh pemuda saat ini sedang menyusun kembali strategi untuk memukul mundur presiden terpilih. Para pengunjuk rasa merasa dikhianati oleh parlemen.

“Kami tahu betul Ranil Wickremesinghe tidak sama dengan Gotabaya Rajapaksa.  Dia adalah orang yang lebih licik,” ujar Gunathilake, dilansir Aljazirah, Kamis (21/7/2022).

“Baru-baru ini dia bahkan berusaha menekan protes dengan memberlakukan keadaan darurat dan mengirim helikopter angkatan udara ke GotaGoGama. Tapi saya tidak berpikir, kami akan terintimidasi oleh tindakan ini lagi. Sri Lanka pantas mendapatkan pemimpin yang benar-benar peduli pada rakyatnya, bukan seseorang yang memikirkan masa depan politiknya," kata Gunathilake menambahkan.

Seorang analis yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, aksi protes kemungkinan tidak berkelanjutan karena banyak demonstran di Kolombo dan daerah perkotaan lainnya adalah kelas menengah. Sehingga kecil kemungkinannya untuk terus melakukan aksi protes jika kondisi ekonomi membaik di bawah pemerintahan Wickremesinghe.

Wickremesinghe dijadwalkan mengambil sumpah sebagai presiden Sri Lanka pada Kamis (21/7/2022) pagi, dengan masa jabatan kepresidenan yang berlangsung hingga 2024. Setelah dia menjadi presiden, maka jabatan perdana menteri menjadi kosong dan kabinet menteri dibubarkan. Wickremesinghe juga akan mengundurkan diri sebagai anggota parlemen. Fokus Wickremesinghe adalah menemukan kandidat yang cocok untuk perdana menteri dalam pemerintahan baru.

Pada Rabu, Wickremesinghe meminta lawan politik untuk mengesampingkan perpecahan mereka dan bekerja sama untuk mengatasi kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. “Sekarang setelah pemilihan selesai, kita harus mengakhiri perpecahan ini,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement