REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan, negaranya telah menyepakati pembelian 10 ribu dosis vaksin cacar monyet. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diketahui telah mendeklarasikan penyakit tersebut sebagai darurat kesehatan global.
Lapid mengungkapkan, sekitar 5.000 dosis vaksin akan tiba dalam beberapa hari ke depan. “Setelah kedatangan vaksin, Dana Kesehatan (organisasi kesehatan masyarakat Israel) akan mulai memvaksinasi orang yang berisiko dan pasien yang relevan,” kata Lapid, Ahad (24/7/2022), dilaporkan Times of Israel.
Israel membeli 10 ribu dosis vaksin cacar monyet itu dari Bavarian Nordic, sebuah perusahaan farmasi asal Denmark. Menurut Lapid, sejauh ini negaranya sudah mencatatkan 105 kasus cacar monyet. Dia mengungkapkan, Israel terus mengikuti perkembangan informasi terkait penyakit tersebut dan berhubungan dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia.
WHO telah menetapkan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada Sabtu (23/7) lalu. WHO telah mengonfirmasi setidaknya 16 ribu kasus penyakit tersebut di lebih dari 75 negara. “Meskipun saya menyatakan PHEIC, untuk saat ini wabah (cacar monyet) terkonsentrasi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan seksual,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dia menjelaskan, kendati dinyatakan sebagai PHEIC, risiko wabah cacar monyet moderat secara global, kecuali di Eropa. Ghebreyesus mengungkapkan, risiko penyebaran atau penularan penyakit tersebut tinggi di Benua Biru.
Penetapan PHEIC dirancang untuk memicu respons internasional yang terkoordinasi. Dengan status tersebut, pendanaan untuk berkolaborasi dalam berbagi vaksin dan perawatan dapat dibuka. Para pakar kesehatan menyambut keputusan WHO menetapkan cacar monyet sebagai PHEIC.
WHO telah memutuskan menghapus perbedaan antara negara endemik dan non-endemik dalam kasus cacar monyet. Hal itu guna mengintegralkan respons terhadap penyebaran penyakit tersebut. “Kami menghapus perbedaan antara negara-negara endemik dan non-endemik, melaporkan negara-negara bersama jika memungkinkan, untuk mencerminkan tanggapan terpadu yang diperlukan,” kata WHO dalam pembaruan situasi wabah cacar monyet tertanggal 17 Juni.
Sebelumnya cacar monyet hanya dianggap endemik di Afrika.