REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda pasti pernah mendengar orang mengatakan Tembok Besar China dapat dilihat dari luar angkasa. Apakah itu benar? Mungkinkah melihat struktur buatan manusia dari luar atmosfer Bumi?
Untuk menjawab pertanyaan itu, pertama-tama kita perlu mendefinisikan di mana atmosfer bumi berakhir dan luar angkasa dimulai. Atmosfer Bumi berakhir di Garis Kármán.
Nama Garis karman diambil dari nama fisikawan Theodore von Kármán. Batasan ini secara luas dianggap sebagai batas antara Bumi dan ruang angkasa. Biasanya, garis itu didefinisikan sebagai 100 kilometer di atas permukaan Bumi.
Jadi, apa yang bisa dilihat dari jarak sejauh itu? Pada hari yang cerah, apakah seseorang di jalur Kármán dapat melihat Tembok Besar China atau Piramida Agung Giza, misalnya?
Tambang Ngarai Bingham (The Bingham Canyon Mine), yang terletak sekitar 32 km tenggara Salt Lake City, adalah penggalian buatan manusia terbesar yang pernah ada. Tambang ini sangat besar sehingga tidak hanya terlihat dari garis Kármán tanpa perlu perbesaran, tetapi juga dilaporkan dapat dilihat oleh astronaut di atas Space Shuttle Badan Antariksa Amerika (NASA), yang mengorbit pada ketinggian antara 190 dan mil (305-531 km) di atas permukaan laut.
Bendungan Tiga Ngarai (The Three Gorges Dam), yang membentang di Sungai Yangtze di China juga terlihat dari luar angkasa, menurut NASA. Bendungan itu dengan mudah merupakan fasilitas penghasil listrik terbesar di dunia dan dianggap sebagai bendungan pembangkit listrik tenaga air termahal yang pernah dibangun, France 24 melaporkan. Tingginya 607 kaki (185 m) dan panjangnya lebih dari 1,2 mil (2 km).
Beberapa jalan raya, terutama yang melewati daerag tandus seperti gurun, juga bisa dipilih tergantung kondisi dan cahaya, seperti diungkapkan Chris Hadfield, mantan komandan ISS.