Senin 25 Jul 2022 13:33 WIB

Geliat Tasawuf dan Tarekat di Perkotaan

Ajaran tasawuf dan tarekat berkembang pesat di perkotaan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Geliat Tasawif dan Tarekat di Perkotaan. Foto:   Tasawuf (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Geliat Tasawif dan Tarekat di Perkotaan. Foto: Tasawuf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Ajaran tasawuf berkembang pesat di perkotaan. Ini terlihat dari banyaknya majelis dan pusat kajian tasawuf yang digawangi oleh para ulama ahli tarekat yang memiliki sanad tarekat bersambung hingga Rasulullah (thoriqoh mu'tabar). 

Sekretaris Awwal Idaroh Aliyah-Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN), KH Ali M Abdillah mengatakan majelis dan pusat kajian tasawuf yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta sangat aktif melakukan kegiatan. Terlebih majelis-majelis tersebut dinaungi oleh JATMAN sebagai wadah bagi puluhan tarekat mu'tabar yang tersebar di Indonesia. 

Baca Juga

Ia mencontohkan seperti di Zawiyah ar-Raudhah di Jakarta Selatan yang dipimpin KH. M Danial Nafis yang juga Mudir JATMAN Idaroh Wustho DKI Jakarta dan pemegang sanad tarekat Syadzilyah. Zawiyah ar-Raudhah aktif membuat kegiatan kajian tasawuf, zikri dan lainnya. 

"Di seluruh wilayah di Jakarta kita sudah memiliki kepengurusan. Bahkan di berbagai kota kabupaten juga sudah memiliki kepengurusan. Artinya majelis yang berada di bawah naungan Jatman sudah mulai bergerak aktif, bermunculan dan dalam satu wadah, Jatman. Perkembangan ahlith thoriqoh ini tidak bisa dibendung, kebutuhan spiritual bagi setiap individu sehingga bisa berbaiat dengan mursyid thoriqoh manapun sesuai pilihan hatinya. Di Jatman itu bebas berbaiat kepada thoriqoh manapun selama thoriqoh nya itu masuk kategori mu'tabaroh," kata kiai Ali kepada Republika beberapa hari lalu.

Tak hanya diperkotaan, menurut kiai Ali, Jatman juga telah memiliki kepengurusan di daerah-daerah dari Aceh hingga Papua. Hal ini menunjukan keinginan masyarakat menyelami tasawuf dan bertarekat begitu besar dan dirasakan perkembangannya. Sementara itu kiai Ali mengatakan hampir 90 persen orang-orang yang bertarekat di Indonesia mengikuti tarekat yang mu'tabar. Kiai Ali mengatakan ada 44 tarekat yang diakui oleh Jatman sebagai tarekat yang mu'tabar. 

Sementara itu menurut kiai Ali pengikut tarekat-tarekat ghairu mu'tabar terbilang kecil. Ia menjelaskan tarekat ghairu mu'tabar tidak memiliki silsilah sanad yang mutasil hingga Rasulullah. Padahal ketersambungan sanad sangat penting dalam bertarekat sebab berkaitan pada kaifiyat dan amalan dalam sebuah tarekat. Akibatnya banyak ajaran tarekat-tarekat ghairu mu'tabar yang memunculkan kontoversi di tengah masyarakat karena kerap berbenturan dengan syariat yang diajarkan nabi Muhammad SAW. 

Lebih lanjut kiai Ali mengatakan tarekat yang banyak berkembang di perkotaan seperti Jakarta adalah tarekat Qadiriyah wa Naqsabadiyah, Naqsabadiyah Khalidiyah, Tijaniyah, dan Syadzilyah. Tarekat-tarekat tersebut banyak diikuti oleh kalangan menengah atas di perkotaan. Meski demikian kiai Ali tidak menyebutkan berapa banyak data majelis dan jumlah pengikutnya. 

"Di wilayah Jakarta dan sekitarnya ini masih cukup banyak tokoh-tokoh tarekat yang memiliki silsilah muttasil. Di Jakarta ini relatif banyak berkembang diikuti oleh kalangan menengah atas," katanya. 

Sementara itu Pengurus Majelis Zawiyah ar Raudhah ,Ustadz Azka Fuadi Abdillah Akbar mengakui geliat masyarakat perkotaan untuk bertarekat khususnya di DKI Jakarta sangat besar. Itu salah satunya dapat terlihat dari banyaknya jamaah yang mengikuti berbagai kegiatan di Zawiyah ar-Raudhah sebagai pusat kajian tasawuf dan juga markas besar tarekat Qadiriyah se-Asia Tenggara dan juga markas tarekat Syadzilyah. 

Menariknya menurut ustaz Azka kebanyakan jamaah yang datang adalah dari kalangan anak muda dan juga tak sedikit dari kalangan eksekutif. Beragam motif masyarakat yang datang. Zawiyah ar-Raudhah pun menyambut baik setiap masyarakat. 

"Mereka melihat seperti ada kehampaan dalam hidupnya. Tidak tenang. Akhirnya mencari guru, menemukan komunitas, akhinya berkumpul," kata ustaz Azka.

Menurut ustaz Azka jamaah yang aktif mengikuti kegiatan di Zawiyah ar-Raudhah sebanyak 300-400 orang. Namun  ketika menggelar acara besar, jamaah Zawiyah ar-Raudhah bisa mencapai 1500 jamaah. Ustaz Azka pun memberikan tips bagi masyarakat ketika hendak bertarekat. Menurutnya seseorang yang hendak bertarekat hendaknya melihat ketersambungan sanad gurunya. Sehingga tarekat yang diikutinya merupakan tarekat yang mu'tabar.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement