Senin 25 Jul 2022 19:31 WIB

Pengakuan Mantan Menteri Bahrain yang Dipecat Akibat Tolak Jabat Tangan Dubes Israel

Sheikha Mai binti Mohammed Al Khalifa mendapat pujian tolak jabat tangan dubes Israel

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Sheikha Mai binti Mohammed Al Khalifa mendapat pujian tolak jabat tangan dubes Israel
Foto: albawaba
Sheikha Mai binti Mohammed Al Khalifa mendapat pujian tolak jabat tangan dubes Israel

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMAH — Menteri Kebudayaan Bahrain, Sheikha Mai binti Mohammed Al Khalifa, diperhentikan dari posisinya ketika dalam perjalanan ke luar negeri. Mai dipecat diduga karena menolak berjabat tangan dengan Duta Besar Israel. 

Aksinya ini memicu kemarahan dan solidaritas di seluruh dunia. Mai kini telah diberhentikan Raja Hamad bin Isa Al Khalifa.

Baca Juga

“Mai diberhentikan setelah menolak berjabat tangan dengan utusan Tel Aviv untuk Manama, Eitan Na'eh, selama pemakaman bulan lalu,” menurut laporan yang dilansir dari Alaraby, Senin (25/7/2022).

Insiden itu terjadi pada 16 Juni di kediaman duta besar Amerika Serikat untuk Bahrain, yang sedang mengadakan pemakaman ayahnya. 

Ketika diperkenalkan satu sama lain, Sheikha Mai menolak untuk berjabat tangan dengan Na'eh, keluar dari tempat itu dan meminta kedutaan Amerika Serikat untuk tidak mempublikasikan foto kehadirannya, kata laporan.

Setelah berita pemecatannya muncul, beberapa pejabat dan pengguna media sosial berduyun-duyun untuk mengucapkan selamat kepada Sheikha Mai atas tindakannya, dan berterima kasih padanya atas prestasinya dalam pelestarian budaya Bahrain.

"Dari hati saya, terima kasih banyak untuk setiap pesan yang saya terima, hanya cinta yang melindungi dan menguatkan kami," tulisnya dalam pesan singkat di Twitter.

Dia dilaporkan dipecat saat berkunjung ke Balkan dan Albania dan digantikan pada 21 Juli oleh Sheikh Khalifa bin Ahmed Al Khalifa sebagai kepala otoritas.

Sheikha Mai, yang juga Ketua Dewan Pusat Regional Arab untuk Warisan Dunia, telah bekerja di bidang media dan budaya selama lebih dari dua dekade.

Dijuluki Kesepakatan Abraham, Bahrain, bersama dengan Uni Emirat Arab dan Maroko menormalkan hubungan dengan Israel pada 2020 dalam sebuah langkah yang sangat kontroversial. 

Perjanjian tersebut dikritik secara luas oleh negara-negara Arab lainnya dan dibanting oleh warga Palestina yang mengatakan kesepakatan tersebut merugikan tujuan mereka.

Akhir bulan lalu, Bahrain menjadi tuan rumah bagi pejabat Arab, Israel dan Amerika Serikat untuk pembicaraan bersama, yang pertama sejak KTT Negev awal tahun ini.

Negara-negara yang hadir sepakat untuk membentuk kelompok kerja dengan Israel tentang kontra-terorisme, energi, pendidikan, pariwisata, kesehatan, serta ketahanan pangan dan air.

 

 

Sumber: alaraby   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement