Rabu 27 Jul 2022 01:30 WIB

Cegah Kematian Dini dengan Mengurangi Asupan Garam

Konsumsi garam sesuai rekomendasi WHO dapat mencegah 2,5 juta kematian dini per tahun

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Menaburkan garam tambahan ke dalam makanan dapat membuat cita rasa makan menjadi lebih nikmat. Namun, kebiasaan yang tampak lumrah ini ternyata bisa memperpendek harapan hidup. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Menaburkan garam tambahan ke dalam makanan dapat membuat cita rasa makan menjadi lebih nikmat. Namun, kebiasaan yang tampak lumrah ini ternyata bisa memperpendek harapan hidup. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Asupan garam telah dianjurkan untuk dibatasi dalam pola makan sehari-hari. Sekarang sebuah penelitian bahkan menunjukan bahwa menambahkan ekstra garam ke dalam makanan terkait dengan berkurangnya harapan hidup seseorang dan atau kematian dini. Kematian dini di sini adalah kematian di usia sebelum 75 tahun.

Orang yang menambahkan garam ekstra ke makanan mereka memiliki risiko lebih tinggi meninggal sebelum waktunya, menurut sebuah penelitian terhadap lebih dari 500 ribu orang Inggris paruh baya. Para peneliti menemukan bahwa dibandingkan dengan orang yang tidak pernah atau jarang menambahkan garam, mereka yang selalu menambahkan garam ke makanan, tidak termasuk bumbu masak, memiliki 28 persen peningkatan risiko kematian dini.

Baca Juga

Pada populasi umum, sekitar tiga dari setiap seratus orang berusia antara 40 dan 69 tahun meninggal sebelum waktunya. Studi yang diterbitkan dalam European Heart Journal itu menunjukkan satu pada seratus orang dapat meninggal sebelum waktunya dalam kelompok usia ini.

“Temuan ini juga mengungkapkan bahwa garam ekstra bisa mengurangi harapan hidup lebih dari dua tahun untuk pria berusia 50 tahun dan 1,5 tahun untuk wanita pada usia yang sama,” tulis laporan Euro News, Selasa (26/7/2022).

Studi yang dipimpin oleh Profesor Lu Qi dari Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine itu menunjukkan orang harus mempertimbangkan untuk menghindari bumbu makanan mereka. Akan tetapi itu tidak secara definitif mengesampingkan faktor lain.

“Sepengetahuan saya, penelitian kami adalah yang pertama menilai hubungan antara menambahkan garam pada makanan dan kematian dini,” kata Qi dalam sebuah pernyataan.

Temuan disebut memberikan bukti baru untuk mendukung rekomendasi memodifikasi perilaku makan guna meningkatkan kesehatan. Bahkan pengurangan sederhana dalam asupan natrium, dengan menambahkan lebih sedikit atau tanpa garam ke makanan, dapat menghasilkan manfaat kesehatan yang substansial.

WHO merekomendasikan konsumsi kurang dari 5 gram (kurang dari satu sendok teh) garam per hari untuk membantu mengurangi tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular, strok, dan serangan jantung koroner. Diperkirakan 2,5 juta kematian dapat dicegah setiap tahun jika konsumsi garam global dikurangi ke tingkat yang direkomendasikan.

Sementara itu, asupan garam maksimum yang direkomendasikan untuk orang dewasa harus disesuaikan ke bawah untuk anak-anak berusia dua hingga 15 tahun, berdasarkan kebutuhan energi mereka. Menurut WHO, di rumah, konsumsi garam dapat dikurangi hanya dengan tidak menyediakan garam, membatasi konsumsi makanan ringan asin seperti keripik, dan memilih produk dengan kandungan natrium lebih rendah.

Badan kesehatan PBB itu menambahkan bahwa langkah-langkah yang bertujuan untuk mengurangi asupan garam masyarakat itu murah tapi sangat efektif. Hal ini mulai dari mengadaptasi peraturan kesehatan hingga mempromosikan produk rendah garam dan mendidik masyarakat.

"Langkah-langkah pengurangan garam utama akan menghasilkan satu tahun ekstra hidup sehat dengan biaya yang turun di bawah pendapatan tahunan rata-rata atau produk domestik bruto per orang," jelas WHO. Para peneliti menemukan risiko kematian dini cenderung sedikit berkurang pada orang yang makan lebih banyak buah dan sayuran. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement