Rabu 27 Jul 2022 20:35 WIB

AS: Provokasi China di LCS Bisa Picu Insiden Besar

AS menuduh China meningkatkan provokasi di Laut China Selatan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Struktur dan bangunan China di pulau buatan di Fiery Cross Reef di gugusan pulau Spratly di Laut China Selatan terlihat pada Ahad 20 Maret 2022. China telah sepenuhnya melakukan militerisasi setidaknya tiga dari beberapa pulau yang dibangunnya di Selatan yang disengketakan.
Foto: AP/Aaron Favila
Struktur dan bangunan China di pulau buatan di Fiery Cross Reef di gugusan pulau Spratly di Laut China Selatan terlihat pada Ahad 20 Maret 2022. China telah sepenuhnya melakukan militerisasi setidaknya tiga dari beberapa pulau yang dibangunnya di Selatan yang disengketakan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) menuduh China meningkatkan provokasi di Laut China Selatan (LCS). Washington menilai, perilaku agresif dan tak bertanggung jawab Beijing mengindikasikan bahwa hanya masalah waktu “insiden besar” terjadi di wilayah perairan strategis tersebut.

Wakil asisten menteri untuk Asia Timur di Departemen Luar Negeri AS, Jung Pak, mengatakan, ada tren peningkatan provokasi China terhadap negara-negara yang terlibat sengketa klaim di LCS. “(Tindakan China) berkontribusi pada ketidakstabilan regional, merusak ekonomi negara-negara penuntut lainnya, merusak tatanan maritim yang ada, dan mengancam hak serta kepentingan semua negara yang mengandalkan atau beroperasi di jalur air vital ini,” ucap Pak dalam diskusi di Center for Strategic and International Studies, Selasa (26/7/2022).

Pak mengungkapkan, pesawat-pesawat China semakin terlibat dalam pencegatan atau pengadangan yang tak aman terhadap pesawat Australia di wilayah udara internasional di atas LCS. Dalam tiga insiden terpisah selama beberapa bulan terakhir, Beijing pun menentang kegiatan penelitian dan eksplorasi energi yang dilakukan Filipina di zona ekonomi eksklusifnya sendiri.

Dia menekankan, klaim China atas hampir seluruh wilayah LCS tak sah dan melanggar hukum. “Kami ingin memastikan bahwa negara-negara, karena mereka memiliki hubungan dengan Beijing, memiliki alat dan kekuatan, serta kemampuan untuk membela otonomi mereka dan pengambilan keputusan berdaulat mereka,” kata Pak.

Sementara itu, asisten menteri pertahanan AS untuk Urusan Keamanan Indo-Pasifik, Ely Ratner, mengungkapkan, terdapat puluhan insiden di yang melibatkan militer China di LCS pada paruh pertama tahun ini. Menurut dia, jumlah itu meningkat tajam selama lima tahun terakhir. “Beijing secara sistematis menguji batas tekad kolektif kita,” ujar Ratner dalam diskusi.

“Dalam pandangan saya, perilaku agresif dan tidak bertanggung jawab ini merupakan salah satu ancaman paling signifikan terhadap perdamaian serta stabilitas di kawasan saat ini, termasuk di LCS. Jika angkatan bersenjata China melanjutkan pola perilaku ini, hanya masalah waktu sebelum ada insiden besar atau kecelakaan di kawasan itu,” kata Ratner.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengkritik komentar Jung Pak terkait LCS. Menurutnya, Pak telah memutarbalikkan fakta. Hal itu karena Beijing dan negara-negara ASEAN berkomitmen menjaga perdamaian di LCS. Zhao menilai, ancaman terhadap kawasan justru muncul dari kekuatan asing tertentu. Namun dia tak secara tegas menyebut AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement