Jumat 29 Jul 2022 06:40 WIB

Macron Sambut Pangeran Mohammad bin Salman di Paris

Prancis, seperti AS, ingin memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk makan malam di dalam Istana Elysee di Paris, Kamis 28 Juli 2022.
Foto: Benoit Tessier/Pool via AP
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk makan malam di dalam Istana Elysee di Paris, Kamis 28 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Kunjungan Kamis (28/7/2022) bagian dari upaya Barat menarik negara penghasil minyak itu di tengah perang Ukraina dan buntunya negosiasi perundingan nuklir dengan Iran.

Tokoh oposisi dan kelompok hak asasi manusia Prancis mengkritik keputusan Macron mengundang MbS makan malam di Elysee Palace. Pemimpin-pemimpin Barat yakin penguasa de facto Arab Saudi itu bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi 2018 lalu.

Baca Juga

Kunjungan MbS dua pekan setelah ia bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di Riyadh. Barat ingin memperbaiki hubungan dengan raksasa minyak Teluk Arab itu untuk menghadapi menguatnya pengaruh Iran, Rusia dan China di kawasan.

"Prancis seperti yang dilakukan Amerika Serikat akan membenarkan memperbaiki hubungan dengan pangeran pembunuh dengan argumen real politik. Tapi hadapi saja sebenarnya yang mendominasi tawar-menawar," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard di Twitter jelang kunjungan MbS ke Prancis.

Prancis dan negara-negara Eropa sedang mencari sumber energi lain setelah Rusia menginvasi Ukraina. Terutama usai Moskow memutuskan memotong pasokan gas ke Eropa. Macron ingin Arab Saudi yang merupakan eksportir minyak terbesar di dunia menaikan produksinya.

Juru bicara pemerintah Prancis Oliver Veran membantah kekhawatiran kelompok hak asasi manusia tentang kunjungan itu. Ia mengatakan presiden Prancis tidak menyampingkan nilai-nilai negaranya saat berbicara dengan pemimpin Arab Saudi.

"(Tetap akan dipegang) sambil berusaha mendapatkan akses minyak untuk seluruh dunia," katanya.

Macron juga menilai Arab Saudi sangat penting untuk dialog damai di Timur Tengah antara Iran dan AS. Walaupun perundingan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 masih mengalami kebuntuan dan tidak ada tanda-tanda akan adanya terobosan.

Prancis salah satu pemasok senjata terbesar Riyadh tapi pemerintah terus ditekan untuk meninjau ulang penjualan senjata karena krisis kemanusian di Yaman yang merupakan terburuk di dunia. Sejak 2015 lalu koalisi Arab Saudi memerangi pemberontak Houthi yang didukung Iran di negara itu.

Pada bulan Desember lalu Macron adalah pemimpin negara Barat pertama yang mengunjungi Arab Saudi sejak pembunuhan Khashoggi. Ia membantah kritik keterlibatannya dengan MbS. Macron mengatakan Arab Saudi terlalu penting untuk diabaikan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement