Ahad 31 Jul 2022 08:15 WIB

Yordania Tolak Ratusan Yahudi Ortodoks Gara-gara Bikin Onar di Perbatasan

Yordania memberikan sanksi tegas terhadap ratusan Yahudi Ortodoks yang berbuat onar

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Yahudi Ortodoks Israel (ilustrasi). Yordania memberikan sanksi tegas terhadap ratusan Yahudi Ortodoks yang berbuat onar
Foto: Reuters/Ronen Zvulun
Yahudi Ortodoks Israel (ilustrasi). Yordania memberikan sanksi tegas terhadap ratusan Yahudi Ortodoks yang berbuat onar

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN–Yordania menolak masuk 150 orang Yahudi Haredi Israel ultra-Ortodoks pada Selasa (26/7/2022) lalu, menurut media Israel. Orang-orang Israel ditolak masuk karena dilaporkan melakukan kerusuhan di perbatasan setelah otoritas Yordania tidak mengizinkan mereka membawa makanan. 

Kelompok yang berusaha memasuki Yordania sedang melakukan perjalanan untuk berdoa di makam tokoh Alkitab Harun, kakak laki-laki Musa, pada hari peringatan kematiannya.

Baca Juga

Harun diyakini orang Yahudi sebagai nenek moyang imamat Israel. "Sekelompok orang Yahudi Haredi (sekitar 150) ditolak masuk ke Yordania karena kerusuhan di terminal Yordania atas penolakan orang Yordania untuk mengizinkan mereka membawa makanan," kata Israel National News dilansir dari The News Arab, Jumat (29/7/2022). 

“Meskipun ada peringatan dari petugas penyeberangan, mereka memutuskan untuk membawa makanan itu.  Persimpangan Rabin siap untuk menerima mereka dan untuk penutupan nanti jika perlu,'' tambah pihak berwenang. 

Penyeberangan yang merupakan perbatasan internasional antara Eilat, Israel dan Aqaba, Yordania, disebut oleh orang Yordania sebagai Penyeberangan Wadi Araba. Sementara oleh orang Israel sebagai Penyeberangan Yitzhak Rabin. 

Raja Yordania Abdullah mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Yair Lapid pada Rabu lalu di Amman.

Raja Abdullah mengatakan kepada Lapid, dalam pertemuan pertama mereka sejak Presiden Amerika Serikat Biden mengunjungi kawasan itu awal bulan ini, bahwa Palestina harus menjadi bagian dari proyek ekonomi regional yang disponsori Amerika Serikat untuk menopang stabilitas di Timur Tengah. 

Pemimpin Yordania menekankan bahwa pembentukan negara Palestina sangat penting untuk mencapai perdamaian abadi antara orang Arab dan Israel. Lapid juga menolak permintaan Raja Abdullah untuk mengantarkan salinan Alquran ke Masjid Al Aqsa. 

Kedua negara menjalin hubungan diplomatik pad 1994 setelah perjanjian damai Wadi Araba. The New Arab telah menghubungi pihak berwenang Yordania untuk memberikan komentar mengenai insiden di persimpangan tersebut.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement