Selasa 02 Aug 2022 15:25 WIB

Biden Serukan China-Rusia Terlibat Negosiasi Kontrol Senjata Nuklir

Rusia memiliki tanggung jawab terhadap senjata nuklir setelah menyerang Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden AS Joe Biden berbicara selama pengarahan tentang operasi kontraterorisme
Foto: EPA-EFE/JIM WATSON
Presiden AS Joe Biden berbicara selama pengarahan tentang operasi kontraterorisme

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyerukan Rusia dan China untuk terlibat dalam pengendalian senjata nuklir. Dia secara khusus menekankan bahwa Rusia memiliki tanggung jawab tersebut setelah menyerang Ukraina.

Biden mengungkapkan, pemerintahannya siap terlibat dalam negosiasi untuk menyusun perjanjian pengganti New START (Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms). Perjanjian yang membatasi kekuatan nuklir antarbenua di AS dan Rusia itu akan berakhir pada 2026 mendatang.

Baca Juga

“Rusia harus menunjukkan bahwa mereka siap melanjutkan pekerjaan pengendalian senjata nuklir. Tetapi negosiasi membutuhkan mitra yang bersedia beroperasi dengan iktikad baik. Dan agresi Rusia yang brutal dan tidak beralasan di Ukraina telah menghancurkan perdamaian di Eropa serta merupakan serangan terhadap prinsip-prinsip dasar tatanan internasional,” kata Biden, Senin (1/8/2022).

Biden berpendapat, tugas pengendalian senjata nuklir juga harus dipikul China. Menurutnya, Beijing perlu terlibat dalam pembicaraan yang akan mengurangi risiko miskalkulasi dan mengatasi dinamika militer yang tak stabil. “Tidak ada manfaat bagi negara kita, atau bagi dunia, untuk menolak keterlibatan substantif dalam pengendalian senjata dan non-proliferasi nuklir,” ucap Biden.

Dia mengatakan, AS dan Rusia memiliki tanggung jawab untuk memastikan kelangsungan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Perjanjian itu berusaha mencegah penyebaran teknologi senjata nuklir di seluruh dunia. “Kesehatan NPT selalu bertumpu pada batasan senjata timbal balik yang bermakna antara AS dan Federasi Rusia. Bahkan pada puncak Perang Dingin, AS dan Uni Soviet dapat bekerja sama untuk menegakkan tanggung jawab kita bersama guna memastikan stabilitas strategis,” kata Biden.

“Dunia dapat yakin bahwa pemerintahan saya akan terus mendukung NPT dan berupaya memperkuat arsitektur nonproliferasi yang melindungi orang di mana pun,” tambah Biden.

Awal 2021 lalu, Rusia dan AS sepakat memperpanjang masa keaktifan New START. New START adalah perjanjian kontrol senjata yang dijalin Moskow dan Washington sejak 2010 dan seharusnya berakhir pada 5 Februari tahun lalu. Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.

Sebelumnya AS dan Rusia juga terikat dalam perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian itu bubar setelah kedua negara saling tuding melanggar poin-poin kesepakatan. INF ditandatangani pada 1987. Ia melarang Washington dan Moskow memproduksi dan memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement