REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL— Masjid Lala Hayrettin yang baru saja dipugar di Turki memiliki sejarah yang sangat unik. Ini mungkin satu-satunya tempat ibadah di dunia yang pernah berfungsi sebagai sinagog, kemudian gereja, dam akhirnya menjadi masjid.
Salah satu tempat ibadah tertua di Istanbul dengan sejarah 1.600 tahun ini berfungsi sebagai sinagog ketika awal pembangunannya kemudian diubah menjadi gereja Katolik dan kemudian bangunan itu menjadi masjid. Namun setelah tiga puluh tahun pasca penaklukan Istanbul bangunan itu terbengkalai.
Direktorat Wilayah Yayasan kemudian melakukan pemugaran. Masjid itu kemudian dipugar dan dibuka kembali untuk pertama kalinya dengan menunaikan shalat Jumat. Presiden Asosiasi Perlindungan Artefak dan Budaya Lingkungan Istanbul (ISTED) Erhan Sarn mengatakan bahwa tembok tembok sisa-sisa masjid menyandang ciri-ciri pasangan bata pada periode Bizantium dan Ottoman.
“Ada sebuah makam milik pendeta Kristen masa itu di terowongan yang turun ke dasar tempat ibadah. Ada tangga untuk turun ke sana. Sayangnya, makam-makam ini juga dihancurkan oleh pemburu harta karun selama penggalian ilegal," kata Erhan Sarn seperti dilansir Daily Sabah pada Ahad (7/8/2022).
Ia menjelaskan bangunan tersebut pertama kali berfungsi sebagai sinagoga bagi orang Yahudi, kemudian menjadi tempat ibadah bagi umat Kristen Ortodoks dan Katolik. Dan setelah 1480 bangunan itu menjadi masjid bagi umat Islam.
"Sejarahnya berusia 1.600 tahun. Ada tanda Latin pada batu bata persegi yang kami temukan di dalam gereja. Ketika kami menerjemahkannya, kami melihat bahwa ada perangko dari abad kelima. Ini adalah bukti bahwa struktur itu dibangun pada 400-an. Juga, sumber-sumber Kristen mengatakan bahwa tempat ini didirikan sebagai gereja di tahun 400-an," katanya.
Bangunan gereja yang hancur diubah menjadi masjid pada 1480-an oleh Lala Hayrettin Pasha. Masjid memiliki fitur sejarah yang penting karena keberadaan beberapa manuskrip terpenting Alquran.
Ketika Masjid Lala Hayrettin ditutup setelah undang-undang yang berlaku pada tahun 1935 tentang klasifikasi masjid dan penutupan yang diperlukan, menara, kayu dan ubin di atapnya dijual oleh Administrasi Yayasan periode tahun 1937. Sarn menyatakan bahwa setelah tanggal tersebut, masjid menjadi reruntuhan sampai hari ini.
"Masjid itu semakin rusak dan menjadi reruntuhan karena penggalian ilegal. Ketika kami menemukannya pada tahun 2018, ada hampir 50 pohon di dalamnya dan 10 truk sampah keluar dari struktur ketika kami mencoba membersihkannya. Kemudian, Direktorat Yayasan Wilayah kami mengambil alih proyek tersebut. Kami menemukan seorang pengusaha amal untuk membiayai restorasi. Setelah satu tahun pekerjaan pembersihan, desain dan restorasi, masjid sekarang dalam kondisi sekarang, "jelas Sarn.
Melih Bilgili adalah salah satu warga Turki yang membantu membangun kembali masjid bersejarah itu. Hal tersebut dilakukannya untuk menghormati ibunya:
"Ibuku Emine Bilgili meninggal. Saya berencana untuk membangun sebuah masjid. Tapi kemudian saya memutuskan untuk mengembalikan masjid bersejarah sebagai gantinya. Bersama saudara laki-laki saya Osman Bilgili, kami memutuskan untuk merestorasi masjid yang merupakan peninggalan nenek moyang kita dan menjadi sarana untuk membukanya untuk beribadah. Dengan demikian, kita sekarang telah melindungi karya-karya nenek moyang kita," katanya.