REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Para petani di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terbiasa menyimpan sebagian gabah hasil panen gadu (kemarau) mereka. Hal itu sebagai persiapan dalam menghadapi masa paceklik, seiring lamanya rentang waktu antara panen gadu (kemarau) dan rendeng (penghujan).
Hal itu salah satunya dilakukan oleh seorang petani asal Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Rusdani. Dia menyatakan, akan menyimpan sebagian gabah yang telah selesai dipanennya beberapa hari yang lalu.
"Baru selesai panen. (Gabah) belum saya jual," ujar Rusdani, Selasa (9/8/2022).
Rusdani mengatakan, hasil panennya pada musim gadu kali ini merosot tajam. Hal itu akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) berupa tikus dan burung.
Biasanya, Rusdani bisa memperoleh panen sebanyak tujuh ton per hektare. Namun kali ini, panennya hanya empat ton per hektare.
"(Walau hasilnya merosot), alhamdulillah masih tetap bisa panen," kata petani yang menanam padi di lahan seluas sekitar satu hektare tersebut.
Saat ini, Rusdani masih menyimpan seluruh hasil panennya. Setelah dijemur kering, gabah tersebut disimpannya di tempat yang kering agar bisa bertahan lama.
Rusdani mengaku baru akan menjual gabah tersebut saat membutuhkannya. Namun, penjualan gabah pun tidak dilakukan sekaligus, melainkan bertahap sesuai dengan kebutuhannya saja.
Rusdani mengatakan, sengaja tidak menjual seluruh gabahnya karena masih jauhnya musim tanam rendeng (penghujan) 2022/2023. Untuk itu, dia harus bisa mengatur agar gabah yang dimilikinya tidak langsung habis.
"Ya jualnya sesuai kebutuhan saja, untuk makan dan simpanan modal musim rendeng nanti," kata Rusdani.
Hal senada diungkapkan seorang petani di Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Sadi. Dia pun terbiasa menyimpan gabah hasil panen gadunya untuk dijual sedikit demi sedikit sesuai kebutuhannya dan keluarga.
"Sekarang saya belum panen. Tapi kalau nanti panen, gabahnya mau saya simpan dulu, tidak langsung dijual semuanya. Sudah biasa seperti itu," ungkap Sadi.