Selasa 09 Aug 2022 16:38 WIB

KTNA Indramayu: Saat Panen Gadu, Petani Jual Gabah Seperlunya

Sebab musim tanam rendeng masih cukup jauh dan prediksi krisis pangan pada 2023.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Fuji Pratiwi
Petani memanen padi di desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (8/5/2022). Wakil Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan sebagian besar petani di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, memang terbiasa untuk menyimpan gabah hasil panen musim gadu.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petani memanen padi di desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (8/5/2022). Wakil Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan sebagian besar petani di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, memang terbiasa untuk menyimpan gabah hasil panen musim gadu.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Wakil Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan sebagian besar petani di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, memang terbiasa untuk menyimpan gabah hasil panen musim gadu.

Sutatang mengatakan, kondisi cuaca yang panas terik di masa panen gadu memungkinkan petani untuk menjemur gabahnya hingga kering. Dengan penjemuran yang optimal, maka gabah bisa tahan disimpan selama berbulan-bulan.

Baca Juga

Hal tersebut berbeda dengan masa panen rendeng, dimana cuaca biasanya hujan ataupun mendung saat panen. Kondisi cuaca seperti itu menyulitkan petani untuk menjemur gabahnya hingga kering.

Ditambah lagi, setelah selesai panen rendeng, akan langsung disambung dengan pelaksanaan musim tanam gadu. Karenanya, petani biasa langsung menjual gabah hasil panen rendeng untuk kebutuhan modal tanam gadu.

"Jadi kalau panen gadu, gabahnya hanya dijual seperlunya saja untuk kebutuhan makan sehari-hari, selebihnya disimpan. Petani bisa pusing nantinya kalau semua gabahnya langsung dijual," tutur Sutatang.

Hal tersebut, kata Sutatang, dikarenakan musim tanam rendeng masih cukup jauh. Ditambah lagi, adanya prediksi terjadinya krisis pangan global pada 2023 mendatang.

Sutatang mengatakan, kebiasaan petani untuk menyimpan sebagian hasil panen gadu tidak berubah meski harga gabah saat ini naik. Saat ini, harga gabah di kisaran Rp 5.100 hingga Rp 5.500 per kilogram. Sedangkan saat panen perdana sebulan yang lalu, harga gabah kering panen hanya di kisaran Rp 4.500 hingga Rp 4.800 per kilogram.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement