REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis Salman Rushdie diserang di atas panggung di negara bagian New York pada Jumat (12/8/2022) menjelang kuliah yang akan dia sampaikan. Rushdie (75 tahun) ditikam di leher dan perut sehingga langsung dilarikan ke rumah sakit.
Rushdie adalah pengarang beberapa novel yang mendapat pengakuan luas, termasuk Midnight's Children, yang memenangkan Booker Prize pada tahun 1981. Ia merupakan seorang kritikus agama yang membangkang. Ia juga kerap mengkritik para pemimpin yang menggunakan agama untuk keuntungan politik.
Bukunya, "The Satanic Verses," (Ayat-Ayat Setan) pada 1988 menjadi bahan kontroversi. Novel itu dianggap menurut beberapa Muslim berisi bagian-bagian penghujatan, termasuk penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.
Di seluruh dunia Muslim, protes yang sering disertai kekerasan meletus terhadap Rushdie, yang lahir di India dari keluarga Muslim. Sedikitnya 45 orang tewas dalam kerusuhan terkait buku tersebut, termasuk 12 orang di kota kelahiran Rushdie, Mumbai. Pada 1991, seorang penerjemah Jepang dari buku itu ditikam sampai mati dan seorang penerjemah Italia selamat dari serangan pisau. Pada 1993, penerbit buku Norwegia ditembak tiga kali dan selamat.
Rushdie menghabiskan bertahun-tahun bersembunyi setelah pemimpin Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini dari Iran menerbitkan sebuah fatwa yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie pada 1989. Ayatollah Ali Khamenei, penerus Khomeini, yang cuitannya kemudian dihapus pada 2019 mengatakan bahwa fatwa itu tetap berlaku.
Dalam sebuah memoar tentang masanya bersembunyi, Rushdie mengungkapkan ketidaknyamanannya pada tingkat keamanan yang tinggi di bandara AS di New Jersey dan Denver ketika dia tiba untuk menjadi pembicara. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, dia hidup lebih bebas dan bersikeras bahwa dia tidak boleh terus-menerus diawasi dan dilindungi oleh penjaga keamanan hingga insiden penikaman terjadi.