Ahad 14 Aug 2022 10:16 WIB

Kekeringan di Eropa Memburuk, Ribuan Ikan Mati di Sungai Prancis

Prancis, Spanyol, dan Inggris termasuk daerah di Eropa yang dilanda kekeringan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Reiny Dwinanda
Sungai Var di Saint-Martin-du-Var, Prancis selatan, mengering hingga dasarnya pun retak-retak, 7 Agustus 2022. Prancis selatan mengalami cuaca kering dan kekeringan dengan rekor suhu tinggi.
Foto: EPA-EFE/SEBASTIEN NOGIER
Sungai Var di Saint-Martin-du-Var, Prancis selatan, mengering hingga dasarnya pun retak-retak, 7 Agustus 2022. Prancis selatan mengalami cuaca kering dan kekeringan dengan rekor suhu tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, LUX -- Kekeringan di Eropa terus meluas. Sungai Tille di desa Lux, Burgundy, Prancis kini diliputi debu putih dan ribuan ikan mati menutupi parit lebar yang berkelok-kelok di antara deretan pohon.

Saat berjalan di dasar sungai selebar 15 meter di Lux, kepala teknisi di Federasi Perikanan dan Perlindungan Lingkungan Perairan setempat Jean-Philippe Couasne membuat daftar spesies ikan yang mati di Tille. Ia menyebut kondisinya memilukan.

Baca Juga

"Dulu, rata-rata sekitar 8.000 liter per detik air mengalir. ... Dan sekarang, nol liter," ujar Couasne, dikutip dari AP, Ahad (14/8/2022).

Di daerah hulu, beberapa ikan trout dan spesies air tawar lainnya dapat berlindung di kolam bendungan melalui "tangga ikan". Namun sistem seperti itu tidak tersedia di banyak tempat.

Tanpa hujan, sungai akan terus kering. Semua ikan akan mati.

"Mereka terjebak di hulu dan hilir, tidak ada air yang masuk, sehingga kadar oksigen akan terus berkurang seiring dengan penurunan volume air," kata Couasne.

Couasne menyatakan ini adalah spesies yang secara bertahap akan menghilang. Kepala federasi regional Jean-Pierre Sonvico mengatakan, mengalihkan ikan ke sungai lain tidak akan membantu karena saluran air itu juga terdampak.

"Ya, ini dramatis karena apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada. Kami menunggu, berharap badai disertai hujan, tetapi badai sangat lokal sehingga kami tidak dapat mengandalkannya," katanya.

Dari waduk yang kering dan retak di Spanyol hingga turunnya permukaan air di arteri utama seperti Danube, Rhine, dan Po, kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda hampir separuh Eropa. Ini merusak ekonomi pertanian, memaksa pembatasan air, menyebabkan kebakaran hutan, dan mengancam spesies air.

Tidak ada curah hujan yang signifikan selama hampir dua bulan di wilayah barat, tengah, dan selatan benua itu. Di Inggris yang biasanya hujan, telah dilanda kekeringan di bagian selatan dan tengah.

Pemerintah secara resmi mengumumkan bencana itu pada Jumat (12/8/2022). Pengumuman itu menempatkan wilayah selatan dan tengah mengalami salah satu musim panas terpanas dan terkering yang pernah tercatat.

Periode kering Eropa diperkirakan para ahli akan berlanjut dalam bisa menjadi kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa telah memperingatkan bahwa kondisi kekeringan akan bertambah buruk dan berpotensi memengaruhi 47 persen benua.

Peneliti senior di European Drought Observatory Andrea Toreti mengatakan, kekeringan pada 2018 sangat ekstrem sehingga tidak ada kejadian serupa selama 500 tahun terakhir. Namun, tahun ini menurutnya benar-benar lebih buruk.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement