Rabu 17 Aug 2022 18:35 WIB

China Ambil Tindakan untuk Atasi Kekeringan

Stasiun cuaca nasional mencatat suhu udara tembus rekor dengan 40 derajat Celsius.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Sungai Yangtze. China mengambil tindakan darurat untuk mengatasi kekeringan di lembah sungai Yangtze.
Foto: EPA
Sungai Yangtze. China mengambil tindakan darurat untuk mengatasi kekeringan di lembah sungai Yangtze.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- China mengambil tindakan darurat untuk mengatasi kekeringan di lembah sungai Yangtze. Dengan mengirimkan lebih banyak air, menggelontorkan lebih banyak bantuan, penyemai awan dan membangun sumber air baru.

Langkah ini diambil saat gelombang panas yang tembus rekor telah merusak lahan pertanian dan peternakan. Dalam pemberitahuannya, Rabu (17/8/2022) Kementerian Sumber Daya Air mengatakan kekeringan di lembah Sungai Yangtze "berdampak pada keamanan air minum orang desa dan ternak, dan pertumbuhan tanaman."

Baca Juga

Kementerian juga mendesak daerah untuk lebih akurat lagi melakukan asesmen pada wilayah yang terdampak kekeringan dan menyarankan rencana untuk menjaga pasokan air. Termasuk pengiriman air sementara, membangun sumber baru dan memperpanjang jaringan pipa.

Kementerian menambahkan untuk meningkatkan pasokan hilir,  Bendungan Tiga Ngarai, proyek pembangkit listrik tenaga air terbesar di China, juga akan meningkatkan debit air sebesar 500 juta meter kubik selama 10 hari ke depan.

Sebelumnya pada pekan ini Kementerian Keuangan China mengatakan ternak di wilayah yang terdampak kekeringan akan dipindah ke wilayah lain. Mereka menambahkan akan menggelontorkan bantuan bencana sebesar 300 juta yuan.

Provinsi Hubei mengumumkan program modifikasi cuaca terbaru. Dengan mengerahkan lebih banyak pesawat menembakkan batang iodida perak ke awan untuk menginduksi curah hujan.

Daerah lain di sekitar Yangtze juga meluncurkan program "penyemaian awan" tapi awan terlalu tipis. Sehingga kekeringan di sebagian wilayah lembah Yangtze masih berlanjut.

Media setempat mengutip data dari Pusat Iklim Nasional yang menunjukkan gelombang panas tahun ini berlangsung selama 64 hari. Sehingga gelombang panas tahun ini menjadi yang terlama sejak 1961.

Stasiun cuaca nasional mencatat suhu udara juga tembus rekor dengan 40 derajat Celsius. Pusat cuaca meramalkan  suhu panas di Lembah Sichuan dan sebagian besar wilayah Cina tengah akan berlanjut sampai 26 Agustus. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement