Selasa 30 Aug 2022 14:13 WIB

John Kerry Ajak China Kembali ke Meja Perundingan Masalah Perubahan Iklim

Tahun ini dampak perubahan iklim begitu terasa di China yang alami kekeringan parah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto udara yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China, air mengalir melalui saluran di dasar danau Danau Poyang, danau air tawar terbesar di China, di Provinsi Jiangxi China timur, Senin, 22 Agustus 2022. Dengan danau air tawar terbesar di China berkurang menjadi hanya 25?ri ukuran biasanya oleh kekeringan, kru kerja menggali parit untuk menjaga air mengalir untuk mengairi tanaman.
Foto: Wan Xiang/Xinhua via AP
Dalam foto udara yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China, air mengalir melalui saluran di dasar danau Danau Poyang, danau air tawar terbesar di China, di Provinsi Jiangxi China timur, Senin, 22 Agustus 2022. Dengan danau air tawar terbesar di China berkurang menjadi hanya 25?ri ukuran biasanya oleh kekeringan, kru kerja menggali parit untuk menjaga air mengalir untuk mengairi tanaman.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perwakilan Khusus Amerika Serikat (AS) bidang Perubahan Iklim John Kerry mendesak Presiden China Xi Jinping kembali ke perundingan seputar perubahan iklim. Hal ini ia sampaikan dalam wawancaranya dengan surat kabar Financial Times.

Pada harian itu Kerry mengatakan ia berharap negara-negara dapat "bersatu kembali" menjelang pertemuan perubahan iklim PBB atau COP27 bulan November mendatang. Pertemuan itu digelar di resort Sharm el-Sheikh, Mesir.

Baca Juga

"Ini salah satu bidang yang tidak boleh terinterupsi karena masalah lain berdampak pada kami," kata Kerry seperti dikutip pada Selasa (30/8/2022).

Tahun ini dampak perubahan iklim begitu terasa di China yang mengalami kekeringan parah. China mengambil tindakan darurat untuk mengatasi kekeringan di lembah sungai Yangtze dengan mengirimkan lebih banyak air, menggelontorkan lebih banyak bantuan, penyemai awan dan membangun sumber air baru.

Langkah ini diambil saat gelombang panas yang tembus rekor telah merusak lahan pertanian dan peternakan. Dua pekan lalu Kementerian Sumber Daya Air mengatakan kekeringan di lembah Sungai Yangtze "berdampak pada keamanan air minum orang desa dan ternak, dan pertumbuhan tanaman."

Kementerian juga mendesak daerah untuk lebih akurat lagi melakukan asesmen pada wilayah yang terdampak kekeringan dan menyarankan rencana untuk menjaga pasokan air. Termasuk pengiriman air sementara, membangun sumber baru dan memperpanjang jaringan pipa.

Kementerian menambahkan untuk meningkatkan pasokan hilir, Bendungan Tiga Ngarai, proyek pembangkit listrik tenaga air terbesar di China, juga akan meningkatkan debit air sebesar 500 juta meter kubik selama 10 hari ke depan.

Sebelumnya Kementerian Keuangan China mengatakan ternak di wilayah yang terdampak kekeringan akan dipindah ke wilayah lain. Mereka menambahkan akan menggelontorkan bantuan bencana sebesar 300 juta yuan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement