REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Kota Malang mengalami deflasi 0,03 persen pada Agustus 2022. Padahal, Kota Malang sebelumnya mengalami inflasi sekitar 0,76 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini mengatakan, bukan hanya Kota Malang yang mengalami deflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim). "Berdasarkan laporan yang diterima, ada tujuh kota yang mengalami deflasi di Jawa Timur dan satu kota mengalami inflasi," ucap Erny dalam konferensi pers (konpers) secara daring, Kamis (1/9/2022).
Adapun daerah yang mengalami deflasi terdalam di Jatim, yakni Sumenep dengan angka 1,13 persen. Sementara itu, deflasi terendah di Jatim dialami Kediri sekitar 0,01 persen. Kemudian daerah yang mengalami inflasi, yakni Surabaya dengan angka 0,26 persen.
Menurut Erny, terdapat sejumlah komoditas utama yang menyebabkan deflasi di Kota Malang. Salah satunya harga cabe rawit yang mengalami penurunan harga sebesar -40,71 persen. Situasi tersebut menyebabkan andil deflasi sekitar -0,18 persen.
Bawang merah juga termasuk komoditas penyumbang deflasi terbesar kedua di Kota Malang. Menurut Erny, komoditas ini mengalami penurunan harga sebesar -34,92 persen. Hal ini berarti bawang turut memberikan andil deflasi sekitar -0,14 persen.
Berikutnya, minyak goreng juga tercatat mengalami penurunan harga sekitar -10,07 persen. "Dengan andil deflasi di Kota Malang sekitar -0,11 persen," kata dia menambahkan.
Selain itu, terdapat beberapa komoditas lain yang juga ikut menyumbang deflasi pada Agustus lalu. Komoditas-komoditas yang dimaksud antara lain daging ayam ras, cabai merah, tomat, dan sawi hijau. Kemudian ada pula komoditas kangkung, semangka, dan emas perhiasan.
Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain akademi atau perguruan tinggi, beras, angkutan udara dan air kemasan. Selanjutnya, terdapat komoditas celana panjang jin pria, jus buah siap saji dan telur ayam ras. Kemudian juga ada komoditas jagung manis, krim wajah dan buah naga.
Berdasarkan laporan BPS Kota Malang, komoditas akademi atau perguruan tinggi termasuk penyumbang inflasi terbesar pada bulan lalu. Komoditas ini mengalami kenaikan harga sebesar 3,35 persen. Hal ini berarti turut memberikan andil inflasi sekitar 0,10 persen.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar kedua di Kota Malang, yakni beras. Menurut Erny, bahan pokok masyarakat ini mengalami kenaikan harga sekitar 2,66 persen. "Dengan andil sebesar 0,08 persen," katanya.