REPUBLIKA.CO.ID, Ada yang berbeda dalam sesi foto skuad Bayern Muenchen, termasuk tim pelatih, ketika menyambut Oktoberfest, sebuah festival bir tahunan di Kota Muenchen, Jerman. Adalah pose Sadio Mane dan Noussair Mazraoui yang terlihat sedikit berbeda dibanding rekan-rekan setimnya dan tim pelatih Muenchen.
Sementara sebagian besar para penggawa dan tim pelatih Muenchen terlihat mengangkat gelas bir berukuran tiga liter, Mane dan Mazraoui tidak memegang gelas berisi minuman keras tersebut. Dengan mengenakan pakaian tradisional Jerman, Lederhosen, Mane duduk di barisan terdepan sembari mengatupkan tangan di bagian depan. Sedangkan Mazraoui berdiri di urutan kedua dari sebelah kiri di baris kedua dari belakang.
Pemain berusia 24 tahun itu hanya tersenyum dan tangannya berada di sisi tubuhnya. Gesture yang ditunjukan Mane dan Mazraoui dalam sesi foto resmi skuad Bayern Muenchen dengan salah satu produsen bir asal Jerman, Paulaner, itu sempat menuai pujian di dunia maya.
Mane dan Mazraoui dianggap memiliki sikap tegas terkait keyakinan dan ajaran agama yang dianut. Mane dan Mazrauoi diketahui sebagai pemeluk agama Islam yang taat. Ini menjadi alasan utama Mane dan Mazraoui untuk menolak menggenggam gelas bir.
Minuman fermentasi dari tanaman sejenis gandum itu tergolong minuman keras dan diharamkan buat setiap penganut agama Islam. Bagi Mazraoui, menjalankan ajaran-ajaran Islam secara taat merupakan prioritas utama dalam hidupnya.
Islam menjadi pegangan salah satu rekrutan anyar Muenchen pada musim ini tersebut dalam mengarungi kehidupan, termasuk karier profesional sebagai pesepak bola. Shalat sebagai salah satu ibadah utama dalam Islam pun tidak pernah ditinggalkan mantan penggawa Ajax Amsterdam tersebut.
Rukun Islam kedua tersebut, ujar Mazraoui, tidak hanya memiliki makna ibadah ritual semata. Lewat shalat, Mazraoui mengaku mendapatkan ketenangan dan membantunya untuk terus berpikir positif.
''Saya menganut agama dan itu adalah nomor satu dalam hidup saya. Lima kali sehari, saya beribadah (shalat). Hal itu membantu saya, tak hanya saat menghadapi situasi yang tidak diharapkan, tapi juga membantu saya untuk bisa berpikir positif. Pemikiran ini benar-benar membantu dalam karier dan hidup saya,'' ujar Mazraoui dalam sebuah wawancara dengan TZ, beberapa waktu lalu.
Mazraoui memang pernah berada dalam momen yang tidak diharapkan, tepatnya saat baru menapaki karier sebagai pesepak bola profesional. Pada tahun pertama memperkuat Jong Ajax, pemain yang berposisi asli sebagai bek kanan itu sempat mengalami cedera engkel dan harus absen selama empat bulan. Berada di titik terendah saat baru menapaki karier profesional, Mazraoui bahkan sempat berpikir untuk mengurungkan niat sebagai pesepak bola.
Kendati begitu pengalaman buruk ini justru memperkuat mental Mazraoui sebagai pesepak bola profesional. ''Saya sempat berpikir untuk berhenti dari sepak bola. Namun, setiap pesepak bola akan melewati fase ini. Hal itu justru membuat saya semakin kuat, tidak hanya sebagai pesepak bola tapi juga sebagai pribadi. Saya selalu berusaha bangkit di tengah-tengah keterpurukan,'' ujar Mazraoui seperti dilansir Ad.nl, belum lama ini.
Meski lahir di Belanda, Mazraoui merupakan keturunan Maroko. Alumni tim junior Ajax Amsterdam itu dibesarkan dalam keluarga yang taat beribadah. Sempat bolak-balik ke tim Jong Ajax, pemain yang memilih memperkuat timnas Maroko di pentas sepak bola internasional itu menjadi penggawa reguler De Godenzonen pada musim 2020/2021. Selama memperkuat tim utama Ajax, Mazraoui berhasil mempersembahkan tiga titel Eredivisie dan dua trofi KNVB Cup.
Keberhasilan mengantarkan De Godenzonen mempertahankan titel Liga Belanda pada 2020 hingga 2021 menjadi pencapaian terbesar Mazraoui. Pengoleksi 12 caps buat timnas Maroko itu akhirnya menarik minat Muenchen pada musim panas kali ini.
Die Bayern merekrutnya dengan status free transfer dan diikat dengan durasi kontrak selama empat tahun. Kemampuan untuk bisa tampil di sejumlah posisi menjadi salah satu kelebihan Mazraoui. Meski berposisi asli sebagai bek kanan, Mazraoui juga piawai menempati posisi gelandang tengah dan gelandang bertahan.
Secara sekilas, kemampuan Mazraoui ini mirip yang dimiliki oleh Joshua Kimmich. Kemampuan ini tidak terlepas dari pengalaman Mazraoui saat memperkuat tim junior Ajax.
Pada musim ini, Mazraoui telah tampil di empat laga dari enam partai yang telah dilakoni Muenchen di semua ajang. Meski hanya merumput sebagai pemain pengganti, Mazraoui diyakini bisa menambah opsi tambahan buat pelatih Julian Nagelsmann, terutama terkait kemampuan tampil di sejumlah posisi bermain.