REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyetujui potensi penjualan senjata senilai 1,1 miliar dolar AS ke Taiwan. Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon pada Jumat (2/9/2022) mengatakan, penjualan senjata itu mencakup 60 rudal antikapal, 100 rudal udara-ke-udara dan dukungan logistik kontraktor untuk program radar pengawasan.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, penjualan senjata ini penting untuk keamanan Taiwan. “Penjualan yang diusulkan ini adalah kasus rutin untuk mendukung upaya berkelanjutan Taiwan dalam memodernisasi angkatan bersenjatanya dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel,” ujarnya, dilansir Aljazirah, Sabtu (3/9/2022).
Pengumuman penjualan senjata ini muncul di tengah ketegangan hubungan antara AS dan China terkait Taiwan. China
meminta Amerika Serikat untuk segera mencabut penjualan senjata tersebut. Juru bicara kedutaan besar China di Washington, Liu Pengyu, mengatakan, penjualan senjata akan membahayakan hubungan China dan AS, serta stabilitas di Selat Taiwan.
"Ini mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan separatis 'kemerdekaan Taiwan' dan sangat membahayakan hubungan ina-AS serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Cina akan tegas mengambil tindakan balasan yang diperlukan sehubungan dengan perkembangan situasinya," ujar Liu, dilansir Aljazirah, Sabtu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengucapkan terima kasih kepada AS, karena penjualan senjata itu dapat membantu Taipei menghadapi tekanan Beijing yang semakin provokatif. "Ini akan membantu negara kita memperkuat kemampuan pertahanannya secara keseluruhan dan bersama-sama menjaga keamanan dan perdamaian Selat Taiwan dan kawasan Indo-Pasifik,” kata pernyataan kementerian itu.
Amerika Serikat terikat oleh hukum untuk memberikan sarana kepada Taiwan untuk mempertahankan diri. Presiden Joe Biden mengatakan, Washington akan mengerahkan kekuatan untuk mempertahankan Taiwan jika diserang. Cina menggelar latihan militer di sekitar Selat Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua House of Representative AS, Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal Agustus.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Washington akan terus mendukung resolusi damai masalah lintas-Selat. Hal ini konsisten dengan keinginan dan kepentingan rakyat di Taiwan.
“Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan dan terlibat dalam dialog yang berarti dengan Taiwan,” kata juru bicara itu.
Seorang analis risiko politik Asia, Ross Feingold, mengatakan, AS telah menyediakan persenjataan ke Taiwan selama berpuluh-puluh tahun. Tetapi penjualan kali ini memiliki nilai politik atau hubungan masyarakat di tengah meningkatnya ketegangan antara Taipei dan Beijing.
“Sejujurnya penjualan ini relatif kecil”, kata Feingold, sembari mencatat bahwa sebagian besar penjualan terkait dengan pemeliharaan fasilitas radar yang ada.
Feingold mengatakan, China kemungkinan akan merespons penjualam senjata AS ke Taiwan. Feingold menambahkan, Beijing juga dapat meluncurkan lebih banyak serangan di zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, memulai latihan militer baru, dan melarang produk Taiwan tertentu diimpor ke China. Termasuk menjatuhkan sanksi terhadap pejabat pemerintah AS dan Taiwan, atau mengambil tindakan terhadap perusahaan AS yang melakukan bisnis di China.
“Jadi China selalu memiliki pilihan untuk menggunakan salah satu alat itu. Itu tidak akan menghentikan penjualan senjata khusus ini," ujar Feingold.