Kamis 08 Sep 2022 20:12 WIB

Dokter: Anak dengan Autisme Sudah Bisa Terdeteksi Sejak Satu Tahun

Diagnosis anak dengan austisme bisa dilakukan melalui skrining perkembangan anak.

Red: Nora Azizah
Diagnosis anak dengan austisme bisa dilakukan melalui skrining perkembangan anak.
Foto: www.freepik.com.
Diagnosis anak dengan austisme bisa dilakukan melalui skrining perkembangan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak konsultan neurologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K), menungkapkan bahwa diagnosis autisme dapat dimulai sejak anak berusia setahun, bukan tiga tahun seperti pendapat sebagian orang. Demi menegakkan diagnosis, tahapan yang perlu dilalui anak yakni menjalani skrining perkembangan anak normal atau nipissing.

"Jadi kalau ke dokter harus minta diskrining perkembangan anak. Dokter bisa melakukannya. Dengan skrining biasa sudah tertangkap yang aneh-aneh," ujar dia dalam sebuah webinar tentang autisme, Kamis (8/9/2022).

Baca Juga

Dokter bisa menggunakan ESAT (Early Screening Autistic Trait) pada anak berusia sekitar satu tahun untuk mencari kecurigaan terhadap gejala ASD atau autism spectrum disorder, sementara pada anak berusia 18-30 bulan bisa menggunakan M-CHAT. Menurut Prof Hardiono, gejala autisme sudah mulai terlihat sejak usia anak kurang dari satu tahun atau bisa juga anak semula normal tetapi tiba-tiba pada usia 1-1,5 tahun berubah menjadi diam dan cuek.

Mengenai gejalanya, dapat meliputi gangguan komunikasi dan interaksi sosial yang ditandai mimik datar atau anak sering tidak bereaksi, kontak mata kurang, cuek, tidak bermain dengan anak lain, tidak berbagi, tidak ada respon emosi timbal balik dan tidak ada pretend play atau bermain pura-pura. Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal meliputi anak tidak bicara, bicara terlambat, aneh dan sulit dimengerti, kemudian ekolalia yakni mengulang kata-kata.