REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) menjatuhka sanksi baru terhadap Iran pada Jumat (9/9/2022), sebagai tanggapan atas serangan siber di Albania. Sanksi dijatuhkan kepada menteri intelijen Teheran dan Kementerian Intelijen dan Keamanan (MOIS).
Departemen Keuangan mengatakan, setidaknya sejak 2007, MOIS dan proxy aktor sibernya telah melakukan operasi siber berbahaya yang menargetkan berbagai organisasi pemerintah dan sektor swasta di seluruh dunia. Termasuk di berbagai sektor infrastruktur penting. AS menuduh Iran berada di balik serangan siber terhadap sistem komputer pemerintah Albania.
“Kami tidak akan mentolerir aktivitas siber Iran yang semakin agresif yang menargetkan Amerika Serikat atau sekutu dan mitra kami,” kata Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan AS, Brian Nelson, dilansir Alarabiya, Sabtu (10/9/2022).
MOIS Iran sebelumnya diberikan sanksi karena mendukung kelompok teroris dan bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap orang Iran. Kepala MOIS, Esmail Khatib, kepala MOIS, juga dikenakan sanksi.
Departemen Keuangan menuduh Khatib terlibat dalam serangan siber Albania dan mengarahkan aktor ancaman persisten tingkat lanjut (APT) terhadap pihak AS dan entitas pemerintah Turki.
“MOIS memdapatkan sanksi hari ini sesuai dengan E.O. 13694, sebagaimana diamandemen, karena bertanggung jawab atas, atau terlibat dalam, langsung atau tidak langsung, aktivitas yang memungkinkan dunia maya yang kemungkinan besar akan mengakibatkan, atau secara material berkontribusi pada, ancaman signifikan terhadap keamanan nasional Amerika Serikat, dan memiliki tujuan atau efek menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap ketersediaan komputer atau jaringan komputer,” kata pernyataan Departemen Keuangan.
Polisi pasukan khusus Albania mendobrak Kedutaan Besar Iran di Tirana pada Kamis (8/9/2022). Petugas kepolisian mengepung kompleks kedutaan, tak lama setelah anggota staf terakhir meninggalkan gedung.
Petugas dengan perlengkapan tempur lengkap memasuki gedung terlebih dahulu, kemudian disusul petugas lain yang membawa perlengkapan dan anjing pelacak.
Pemerintah Albania pada Rabu (7/9/2022) telah memberikan staf kedutaan Iran untuk meninggalkan negara itu dalam kurun waktu 24 jam. Pemerintah Albania memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran atas serangan siber besar-besaran.
Pemerintah Albania menyalahkan Iran atas serangan siber tersebut. Ini adalah kasus pertama sebuah negara memutuskan hubungan diplomatik karena serangan siber.
Dua mobil kedutaan terakhir yang membawa sekitar 10 penumpang meninggalkan kompleks kedutaan pada Kamis siang. Sumber-sumber pemerintah menolak untuk mengatakan ke mana personel kedutaan Iran telah pergi. Tetapi media lokal mengatakan beberapa orang meninggalkan Bandara Internasional Tirana dan staf lainnya kemungkinan menuju ke Makedonia Utara.
Area kompleks kedutaan Iran terletak beberapa ratus meter dari kantor-kantor utama pemerintah. Kantor kedutaan telah ditutup oleh polisi, dan orang yang lewat tidak diizinkan untuk mendekat.
Pergerakan di dalam kedutaan Iran di Tirana berlangsung tanpa henti semalaman. Pada satu titik, sebuah tong kosong dibawa ke dalam kompleks dan api mulai menyala di dalamnya. Para staf kedutaan diduga membakar dokumen sebelum mereka meninggalkan Albania.
Serangan siber pada 15 Juli menutup banyak layanan digital dan situs web pemerintah Albania. Perdana Menteri Albania Edi Rama mengatakan, ada "bukti yang tidak dapat disangkal" bahwa pemerintah Iran berada di balik serangan itu.
Amerika Serikat mendukung langkah Albania yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Pada Rabu (7/ Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan berbicara dengan Rama untuk menyatakan dukungan kuat Amerika Serikat terhadap Albania yang merupakan sekutu NATO. Washington berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam upaya remediasi Albania dan langkah-langkah keamanan siber.
NATO juga menyatakan dukungan penuhnya kepada Albania. NATO mengutuk aktivitas siber yang dirancang untuk mengacaukan dan membahayakan keamanan sekutu, serta mengganggu kehidupan sehari-hari warga.
"Kami akan meningkatkan penjagaan terhadap aktivitas siber berbahaya di masa depan, dan saling mendukung untuk mencegah, mempertahankan, dan melawan spektrum penuh ancaman siber, termasuk dengan mempertimbangkan kemungkinan tanggapan kolektif," ujar pernyataan NATO.
Iran mengutuk pengusiran para diplomat, dan menyebut tindakan itu tidak bijaksana. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Iran membantah Teheran berada di balik serangan siber di situs web pemerintah Albania. Kementerian menambahkan bahwa, Iran menjadi target serangan siber terhadap infrastruktur kritisnya.
Hubungan antara Iran dan Albania telah tegang sejak 2014 ketika Albania melindungi sekitar 3.000 anggota kelompok oposisi Iran Mujahedeen-e-Khalq atau MEK, yang telah meninggalkan Irak. Pada Juli, MEK telah merencanakan untuk mengadakan KTT Dunia Bebas Iran di Manez, sebelah barat Tirana.
Namun pertemuan itu dibatalkan karena alasan keamanan, serta ancaman teroris dan konspirasi. Dalam dua kasus terpisah pada tahun 2020 dan 2018, Albania mengusir empat diplomat Iran karena mengancam keamanan nasional.