Rabu 14 Sep 2022 13:15 WIB

Israel-Lebanon Hampir Tuntaskan Persengketaan Batas Maritim

Negosiasi Israel=Lebanon sudah berlangsung sekitar dua tahun.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pengunjuk rasa Lebanon di atas perahu motor membawa bendera nasional mereka saat mereka berlayar di depan kapal Angkatan Laut Israel selama demonstrasi menuntut hak Lebanon atas ladang minyak dan gas maritimnya, di kota perbatasan laut selatan Naqoura, Lebanon, Minggu, 4 September, 2022. Protes itu terjadi beberapa hari sebelum utusan AS yang menengahi dijadwalkan mendarat di Beirut untuk melanjutkan pembicaraan perbatasan laut.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Pengunjuk rasa Lebanon di atas perahu motor membawa bendera nasional mereka saat mereka berlayar di depan kapal Angkatan Laut Israel selama demonstrasi menuntut hak Lebanon atas ladang minyak dan gas maritimnya, di kota perbatasan laut selatan Naqoura, Lebanon, Minggu, 4 September, 2022. Protes itu terjadi beberapa hari sebelum utusan AS yang menengahi dijadwalkan mendarat di Beirut untuk melanjutkan pembicaraan perbatasan laut.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon dan Israel hampir menuntaskan pembicaraan tentang persengketaan batas maritim kedua negara. Negosiasi sudah berlangsung sekitar dua tahun.

“Kita berbicara tentang berpekan-pekan; berhari-hari sebenarnya, untuk menyelesaikan masalah delineasi. Saya berharap situasinya positif,” kata Kepala Badan Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim kepada media lokal Al-Jadeed, Selasa (13/9/2022).

Baca Juga

Pekan lalu, Ibrahim menghadiri pertemuan dengan Amos Hochstein, yakni utusan Amerika Serikat (AS) yang memediasi proses negosiasi Israel dan Lebanon. Dalam lawatannya ke Beirut pada 9 September lalu, Hochstein menyebut, pembicaraan antara Israel dan Lebanon mengalami kemajuan sangat baik.

Menurut pejabat Israel dan Lebanon, proposal Israel akan memungkinkan Lebanon untuk mengembangkan cadangan gas di daerah yang disengketakan. Sebagai imbalan, Lebanon harus menyetujui garis delineasi lebih jauh ke utara. Menurut seorang sumber yang mengetahui proses negosiasi kedua negara, Lebanon telah menuntut versi tertulis dari proposal tersebut sebelum memberikan jawaban akhir.

Sebagai mediator utusan AS, Amos Hochstein telah melakukan serangkaian kunjungan ke Beirut dan Tel Aviv untuk membantu kedua negara menyelesaikan persengketaan maritim. Namun dalam beberapa pekan terakhir, kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran telah mengancam akan memerangi Israel jika tuntutan Lebanon tidak dikabulkan.

Bulan lalu Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz telah melayangkan peringatan ke kelompok Hizbullah Lebanon untuk tidak menyerang aset gas milik negaranya. Dia menegaskan, tindakan semacam itu akan memicu perang. Kendati demikian, Israel, kata Gantz, tetap siap menghadapi skenario itu.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Israel, 103 FM, pada 22 Agustus lalu, Gantz ditanya apakah serangan apa pun oleh Hizbullah terhadap ladang gas Israel dapat memantik peperangan. “Ya, itu bisa memicu reaksi,” jawab Gantz, seperti dilaporkan laman Al Arabiya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement