REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden China Xi Jinping, bersama Presiden Rusia Vladimir Putin serta para pemimpin dari India dan negara-negara Asia Tengah menuju ke Uzbekistan pada Kamis (15/9/2022) untuk menghadiri pertemuan puncak. Mereka menggelar konferensi organisasi keamanan yang dibentuk oleh Beijing dan Moskow sebagai penyeimbang atas pengaruh Amerika Serikat (AS).
Konferensi Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang memiliki delapan negara anggota digelar pada saat Rusia mendapatkan berbagai macam sanksi dari Barat atas invasinya di Ukraina. Sementara itu, hubungan Beijing dengan Washington, Eropa, Jepang, dan India mengalami ketegangan karena perselisihan mengenai teknologi, keamanan, dan wilayah.
Konferensi yang digelar di kesultanan kuno Samarkand ini merupakan bagian dari perjalanan luar negeri pertama Xi sejak merebaknya pandemi virus corona sekitar 2,5 tahun lalu. Perjalanan Xi ini menggarisbawahi keinginan Beijing untuk menegaskan dirinya sebagai kekuatan regional.
Xi tiba di bandara Samarkand dan disambut oleh Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, serta diiringi dengan alunan karnays, atau alat musik tiup tradisional yang menyerupai terompet panjang. Putin dan Xi dijadwalkan bertemu secara empat mata untuk membahas Ukraina.
Perdana Menteri India Narendra Modi dijadwalkan tiba pada Kamis. Menurut pernyataan pemerintah India, tidak ada indikasi apakah Modi akan bertemu secara terpisah dengan Xi atau Putin. Hubungan Cina dan India tegang karena bentrokan antara militer dari kedua belah pihak dalam sengketa perbatasan di daerah terpencil Himalaya.
Negara anggota SCO lainnya yang hadir dalam konferensi tersebut antara lain Kazakhstan, Kirgistan, Pakistan dan Tajikistan. Termasuk Iran dan Afghanistan.
Pemimpin China mempromosikan “Inisiatif Keamanan Global” yang diumumkan pada April setelah pembentukan kelompok Quad oleh Washington, Jepang, Australia, dan India. Pembentukan kelompok itu sebagai tanggapan terhadap kebijakan luar negeri Beijing yang semakin luas.
Kawasan Asia Tengah merupakan bagian dari Belt and Road Initiative untuk memperluas perdagangan China dengan membangun pelabuhan, kereta api, dan infrastruktur lainnya di puluhan negara. Inisiatif ini membentang mulai dari Pasifik Selatan melalui Asia hingga Timur Tengah, Eropa, dan Afrika.
Terobosan ekonomi China ke Asia Tengah telah memicu kegelisahan di Rusia, yang melihat kawasan itu berada di bawah pengaruhnya. Kazakhstan dan negara tetangganya berusaha menarik investasi China tanpa menyinggung Moskow.