REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengajar Kriminologi Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon Runturambi menilai, Bjorka yang meretas dan mengungkap data petinggi negara kepada publik, memiliki beberapa kemungkinan motif. Termasuk untuk menampilkan kelemahan orang tertentu.
"Sebenarnya menurut beberapa ahli, Bjorka hanya mengungkap data lama, bukan data yang sangat baru dan tidak mendalam. Dia seperti kasus Wikileaks yang hanya menampilkan data atau kelemahan di satu negara atau orang tertentu," kata Arthur saat dihubungi Republika, Sabtu (17/9/2022).
Kemungkinan kedua, dia melanjutkan, Bjorka merespons beberapa komentar yang disampaikan untuk dirinya. Dia merasa tertantang ketika semakin diserang dan menjadi membuktikan siapa dirinya.
Jadi, Bjorka menjawab tantangan dari pejabat yang menantang kemudian jejaknya semakin hilang. "Semakin dipancing atau ditantang maka dia semakin ke sana (menjawab tantangan)," ujar pria yang juga Ketua Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Peminatan Kajian Stratejik Intelijen SKSG UI tersebut.
Terkait identitas Bjorka yang sudah diketahui sesama peretas, Arthur menilai sebenarnya ada masyarakat yang punya ketertarikan di bidang siber kemudian saling berkomunikasi antaramereka. Ia menambahkan, peretas yang berkumpul ini kebanyakan anonim tetapi sudah punya datanya.
"Kemudian, mereka ada yang sudah menduga (identitas Bjorka) karena mereka tahu titiknya," katanya.
Jika kasus Bjorka tak segera diungkap, ia mengingatkan bisa memberikan peluang kesempatan munculnya peretas yang lain. Ini lantaran kepolisian yang tidak profesional dalam mengungkap kasus. Apalagi, dia menambahkan, rancangan undang-undang (RUU) Perlindungan Data Pribadi (PDP) belum disahkan.
Untuk mengantisipasi peretas yang lain, ia meminta kasus diserahkan pada profesional. Artinya kalau peretas memang melakukan pencurian data, serahkan ke ahli pencurian data untuk menangani secara teknis teknologi informasi (TI) bidang siber.
"Jangan kemudian dibawa ke ranah yang lain, kemudian baru para ahli mitigasinya (yang bekerja). Menterinya juga jangan memberikan komentar yang membuat panas karena bisa menantang peretas," katanya.
Sebelumnya, sosok anonim Bjorka tengah dalam incaran aparat akibat aksi-aksi pembocoran data publik dan pejabat.