Rabu 21 Sep 2022 17:44 WIB

PTPN dan Perhutani Luncurkan Produk Unggulan

PTPN dan Perhutani tentu harus melahirkan inovasi baru.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Budi Raharjo
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury (tengah), Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani (kiri), Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro (kanan), dalam peluncuran produk unggulan Indonesia Plantation and Forestry Research Institute (IPFRI) di Agro Plaza, Jakarta, Rabu (21/9).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury (tengah), Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani (kiri), Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro (kanan), dalam peluncuran produk unggulan Indonesia Plantation and Forestry Research Institute (IPFRI) di Agro Plaza, Jakarta, Rabu (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury mengapresiasi inovasi yang dilakukan holding perkebunan nusantara PTPN III (Persero) atau PTPN Group dan Perum Perhutani. Pahala berharap peluncuran produk unggulan melalui Indonesia Plantation and Forestry Research Institute (IPFRI) dapat meningkatkan kontribusi dalam pengembangan produk untuk mendukung ketahanan pangan dan energi Indonesia ke depan.

"Pahala mengatakan kegiatan ini sangat penting bagi PTPN group dan Perhutani untuk bisa terus melakukan pertumbuhan secara profitable dan juga sastainable ke depannya," ujar Pahala saat peluncuran produk unggulan dari Indonesia Plantation and Forestry Research Institute (IPFRI) di Agro Plaza, Jakarta, Rabu (21/9).

Pahala menyebut IPFRI yang berdiri sejak satu tahun lalu menjadi sebuah ekosistem riset PTPN group dan Perhutani yang berada dalam satu klaster industri perkebunan dan kehutanan. Pahala mengatakan tantangan utama di Indonesia saat ini bagaimana bisa menjawab kemandirian dalam sektor energi atau memastikan ketahanan energi dan pangan ke depan. "Tantangan ketahanan pangan dan energi harus menjadi solusi bagi Indonesia ke depan, harapannya tentu juga ada di Perhutani dan PTPN," lanjut Pahala.

Untuk mencapai target tersebut, ucap Pahala, PTPN dan Perhutani tentu harus  melahirkan inovasi baru terkait upaya meningkatkan produktivitas. "Tetapi jangan lupa, di saat kita menghasilkan laba justru kita harus melakukan investasi untuk masa depan dan masa depan kita adalah bagaimana bisa melakukan riset yang memiliki nilai komersialisasi yang tinggi," kata Pahala.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani mengatakan PTPN Group melalui anak usaha, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) meluncurkan dua produk pupuk yakni Pupuk Glow Green dan Pupuk Bioslac, serta produk bahan tanaman Kakao varietas ICCRI.

Ghani menyebut Pupuk Glow Green mampu menghemat penggunaan pupuk konvensional hingga 50 persen dengan pertumbuhan tanaman yang baik, hasil panen dan keuntungan meningkat. "Hasil panen dengan pupuk cair Glow Green terbukti memiliki cita rasa yang lebih baik, beras lebih pulen jagung lebih manis, dan sayuran yang lebih crispy," ujar Ghani.

Gani mengatakan Pupuk Biosilac memiliki keunggulan dengan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan daya sanggah batang, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap ancaman kekeringan, dan mengurangi stres tanaman. Kata Ghani, produk ini juga menghemat konsumsi air sebesar 30 persen sampai 50 persen dan dapat meningkatkan produktivitas tanaman seperti kelapa sawit, padi, jagung dan holtikultura.

"Untuk varietas Kakao ICCRI punya produktivitas tinggi sekitar 2,7 juta ton per hektare per tahun, produk ini juga tahan penyakit, busuk buah dan toleran kondisi iklim yang kering," ucap Ghani.

Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan sejumlah keunggulan produk Klon Jati Plus Perhutani (JPP) dan Klon Jati Kayu Putih Unggul yang diluncurkan hari ini. Wahyu mengatakan JPP mempunyai keunggulan seperti diameter besar, performa serat kayu panjang, pertumbuhan lurus, tegakkan jati unggul seragam. Sementara Jati Kayu Putih Unggul memiliki rendemen mencapai satu persen dan biomassa daun kayu putih rata-rata 3 kg setiap enam bulan panen.

"Kami berharap dengan IPFRI ini dapat menghasilkan produk-produk dengan inovasi dengan kualitas yang tinggi," kata Wahyu.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement