REPUBLIKA.CO.ID, N'DJAMENA -- Pihak berwenang Chad mengatakan setidaknya 19 orang tewas dalam bentrokan antara penggembala nomaden dengan petani menetap di selatan negara itu pekan lalu. Konflik antar-masyarakat yang mematikan sering terjadi di Chad.
Biasanya antara pengembala dan petani setempat yang menuduh hewan ternak merusak lahan pertanian mereka. Chad merupakan sekutu Barat dan kekuatan yang memerangi kelompok ekstrimis di Afrika Barat.
Negara itu mengalami gejolak sejak mantan Presiden Idriss Deby tewas di medan pertempuran melawan pemberontak tahun lalu. Kekerasan terbaru pecah di daerah pedesaan di selatan Moyen-Chari, 480 kilometer lebih dari Ibukota N'Djamena.
"Kami sangat menyesali konflik menyebabkan lusinan kematian dan sekitar 20 terluka," kata juru bicara pemerintah Abderamane Koulamallah, Rabu (21/9/2022).
Sebelumnya Gubernur Moyen-Chari Ali Ahmat Akhabache mengatakan setidaknya 19 orang tewas dan 22 orang terluka dalam bentrokan selama tiga hari di lima desa pekan lalu.
Saksi mata mengatakan bentrokan pecah setelah petani dari kelompok etnis Sara Bara menuduh pengembala merusak ladang sorgum mereka. Desa-desa dan ladang-ladang dibakar, menakuti warga desa yang melarikan diri ke hutan sekitar.
Koulamallah mengatakan tentara sudah dikerahkan untuk mengembalikan ketertiban. "Kami takut kehilangan nyawa setiap saat, tidak ada keamanan di desa terpencil," kata seorang petani Gossassou Njaha.
Bentrokan antar-masyarakat juga terjadi di Moyen-Chari juga terjadi bulan Februari lalu. Lusinan orang meninggal dunia.