REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara menolak klaim yang menyatakan negara itu pernah memasok senjata atau amunisi ke Rusia. Wakil Direktur Jenderal Biro Umum Peralatan Kementerian Pertahanan Nasional menyatakan kepada kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA, pemerintah bahkan tidak memiliki rencana untuk melakukannya.
"Baru-baru ini, AS dan pasukan musuh lainnya berbicara tentang 'pelanggaran resolusi' DK PBB, menyebarkan 'rumor perdagangan senjata' antara DPRK dan Rusia ... Kami belum pernah mengekspor senjata atau amunisi ke Rusia sebelumnya dan kami tidak akan berencana mengekspornya," ujar laporan KCNA tanpa menyebut nama pejabat itu.
Pejabat itu pun memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar menutup mulut untuk memberikan banyak komentar. Dia meminta Washington berhenti menyebarkan desas-desus yang bertujuan menodai citra Pyongyang.
Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel awal bulan ini mengatakan, Rusia sedang dalam proses pembelian jutaan roket dan peluru artileri dari Korea Utara untuk digunakan di Ukraina. Kerja sama itu disebut sebagai pembelian potensial, meski juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kemudian mengklarifikasi.
"Tidak ada indikasi bahwa pembelian telah selesai dan tentu saja tidak ada indikasi bahwa senjata-senjata itu digunakan di dalam Ukraina, ujar Kirby.
AS juga menuduh Iran memasok drone ke Rusia untuk digunakan dalam perangnya di Ukraina, yang juga telah dibantah Iran. Moskow juga membantah tuduhan itu dan menuntut Washington untuk memberikan bukti.
Rusia dan Korea Utara baru-baru ini membicarakan hubungan antara kedua wilayah tersebut. Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu mengatakan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, kedua negara akan memperluas hubungan bilateral yang komprehensif dan konstruktif dengan upaya bersama. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah surat yang dikirim untuk hari pembebasan Korea.
Kim juga mengirim surat kepada Putin dengan menyambut kerja sama, dukungan, dan solidaritas strategis dan taktis antara kedua negara. Menurutnya, kondisi tersebut telah mencapai tingkat baru di tengah upaya bersama mereka untuk menggagalkan ancaman dan provokasi dari pasukan militer yang bermusuhan.