REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Amerika Serikat (AS) memperingatkan "konsekuensi yang mengerikan" bila Moskow menggunakan senjata nuklir di Ukraina. Peringatan ini disampaikan usai Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan wilayah Ukraina yang dianeksasi lewat referendum akan mendapatkan perlindungan penuh dari Moskow.
Dalam pemungutan suara di empat wilayah sebelah timur Ukraina dalam referendum paksa Rusia memasuki hari ketiga Ahad (25/9/2022) kemarin. Parlemen Rusia dapat bergerak untuk meresmikan aneksasi wilayah-wilayah itu dalam hitungan hari.
Dengan memasukan wilayah Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia ke Rusia maka Moskow dapat memperlakukan upaya untuk merebut kembali wilayah-wilayah itu sebagai serangan ke Rusia. Moskow telah menegaskan hal ini pada Ukraina dan Barat.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Washington akan merespon setiap penggunaan nuklir Rusia terhadap Ukraina. Ia memperingatkan "konsekuensi mengerikan" bila Rusia menggunakan senjata nuklir.
"Bila Rusia melewati batas, akan akan konsekuensi mengerikan bagi Rusia, Amerika Serikat akan meresponnya dengan menyakinkan," kata Sullivan pada program Meet the Press stasiun televisi NBC, Ahad.
Dalam pidato dan konferensi pers di Majelis Umum PBB di New York, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berulang kali menegaskan klaim untuk membenarkan invasi Rusia dengan mengatakan pemerintahan Ukraina saat ini tidak sah dan dipenuhi oleh neo-Nazi. Ia ditanya apakah Rusia memiliki alasan untuk menggunakan senjata nuklir untuk melindungi wilayah yang dianeksasi dari Ukraina.
Lavrov menjawab wilayah Rusia termasuk wilayah "yang akan diabadikan" di konstitusi Rusia di masa depan "berada dalam perlindungan penuh negara." Ukraina dan sekutu-sekutunya mengatakan referendum di empat wilayah sebelah timur itu palsu.
Ukraina mengatakan referendum dirancang untuk menjustifikasi eskalasi perang. Sebagai alasan Rusia untuk menggelar mobilisasi pasukan setelah mengalami kekalahan baru-baru ini.
Sebelumnya Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengatakan Inggris dan sekutu-sekutunya tidak boleh mendengarkan "hasutan perang" Presiden Rusia Vladimir Putin pada Ukraina. Setelah Putin memerintahkan mobilisasi parsial dan meningkatkan kemungkinan konflik nuklir.
"Kami tidak boleh mendengarkan hasutan perang dan ancaman palsunya, justru yang perlu kami lakukan adalah melanjutkan sanksi pada Rusia dan melanjutkan dukungan pada Ukraina," kata Truss pada stasiun televisi CNN.