Selasa 27 Sep 2022 06:00 WIB

Yuk Bunda, Saatnya Anak Sekolah Imunisasi Lagi

Imunisasi waktu bayi dianggap belum cukup melindungi anak dari penyakit PD3I.

Red: Natalia Endah Hapsari
Anak mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
Foto: dok IRRA
Anak mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Bertujuan melindungi anak Indonesia dari berbagai macam penyakit, pemerintah menyelenggarakan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Program pemerintah ini  bertujuan untuk memberi perlindungan kepada peserta didik dari ancaman penyakit campak, difteri, tetanus dan penyakit-penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi. 

Program ini diadakan lantaran imunisasi untuk anak waktu bayi dianggap belum cukup memberi perlindungan terhadap penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) bagi usia anak sekolah. Hal ini didasarkan adanya penurunan terhadap kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi.

Turut berkontribusi aktif dalam program BIAS, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA)  dan PT Oneject Indonesia (Oneject) selaku distributor dan produsen alat suntik auto disable syringe (ADS) dan safety needle terkemuka di Asia, melakukan  pendampingan terhadap kegiatan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dilakukan tenaga kesehatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Penjaringan di SD Negeri Penjaringan 01, Jakarta Utara.  

“Kami gembira sekali dilibatkan dalam program BIAS di SDN Penjaringan 01. Program ini merupakan kontribusi nyata  kami untuk melindungi masa depan kesehatan anak didik di Indonesia. Dengan produk-produk alat suntik pintar (smart syringe) yang merupakan gabungan dari safety needle dan auto disable syringe produksi Oneject, sister company kami, kami ingin memberikan perasaan aman dan nyaman baik bagi siswa yang diimunisasi, maupun orang tua dan guru yang mendampingi mereka, juga para nakes yang menjalankan imunisasi,” papar Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) Heru Firdausi Syarif dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (27/9/2022).

Program BIAS di SDN Penjaringan 01 diikuti 68 siswa didik dari kelas 1, kelas 2, kelas 5 dan kelas 6.  Selain imunisasi campak, difteri, dan tetanus,  menurut dr Sasa Nabila dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Penjaringan, dalam kegiatan  BIAS tersebut juga diberikan tambahan vaksinasi HPV untuk pencegahan penyakit kanker serviks bagi siswi kelas 5 dan 6.  

“Sebagai kelanjutan imunisasi dasar, program BIAS dimaksudkan untuk memberi perlindungan maksimal kepada para siswa dari berbagai penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi.  Kami tentu sangat mendukung kalau ada pihak swasta seperti IRRA dan Oneject yang berperan aktif dalam program BIAS,” lanjutnya.

Senada dengan dr Nabila, Kepala Sekolah SDN Penjaringan 01 Suprihatin mengucapkan terima kasih sekolahnya kembali dijadikan lokasi dan sosialisasi imunisasi dari IRRA dan Oneject.  Sosialisasi yang dilakukan dengan baik membuat siswa didiknya bisa mengikuti program BIAS dengan nyaman dan aman tanpa rasa takut berlebihan. 

Lebih lanjut ia juga memberi apresiasi kepada pihak swasta seperti IRRA dan Oneject yang telah berperan aktif dalam mendukung program pemerintah demi kesehatan anak-anak didik. Terlebih alat suntik produksi Oneject yang dipakai dalam program BIAS kali ini memiliki tingkat keamanan yang lebih baik bagi pasien, maupun dokter yang menangani, berkat teknologi oneject smart syringe. 

Untuk diketahui, sejak 2020 WHO mulai mencanangkan penggunaan alat suntik yang aman di seluruh dunia. Di Indonesia, penggunaan jarum suntik ADS dan safety needle di kalangan medis masih dalam kisaran di bawah 20 persen, sisanya berupa produk jarum suntik non-ADS.

 

Heru menegaskan, IRRA dan Oneject berkomitmen selalu mendukung berbagai program pemerintah  yang bertujuan untuk memberi perlindungan kesehatan kepada masyarakat Indonesia.

Program BIAS diselenggarakan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada imbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement