Rabu 28 Sep 2022 04:26 WIB

Pakai Softlens yang Sama Hingga Empat Kali Berisiko Kena Infeksi Mata Lebih Besar

Paparan air apa pun saat memakai lensa kontak harus dihindari.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Memakai lensa kontak atau softlens yang sama lebih dari empat kali memiliko risiko infeksi mata yang lebih besar. (ilustrasi)
Foto: flickr
Memakai lensa kontak atau softlens yang sama lebih dari empat kali memiliko risiko infeksi mata yang lebih besar. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memakai lensa kontak atau softlens yang dapat digunakan kembali menjadi pilihan praktis sebagian orang. Namun, memakainya perlu waspada sebab penelitian baru mengaitkan itu dengan risiko infeksi mata yang lebih besar.

Temuan studi tersebut sudah diterbitkan di Ophthalmology. Menurut penelitian, orang yang memakai lensa kontak berulang hampir empat kali lebih mungkin mengembangkan infeksi yang disebut Acanthamoeba keratitis (AK), dibandingkan dengan orang yang memakai lensa sekali pakai setiap hari. Risiko meningkat bagi mereka yang memakainya semalaman atau tetap mengenakan lensa kontaknya saat mandi.

Baca Juga

Penulis utama studi adalah John Dart dari Institut Oftalmologi Universitas College London (UCL), Inggris. Dia menyampaikan, dalam beberapa tahun terakhir terlihat peningkatan kasus Acanthamoeba keratitis (AK) di Inggris Raya dan Eropa.

Dart yang juga bertugas di Rumah Sakit Mata Moorfields NHS Foundation Trust mengatakan infeksi itu dapat dicegah namun memerlukan tanggapan kesehatan masyarakat. Lensa kontak umumnya aman, tetapi ada kemungkinan risiko infeksi, yang paling sering disebabkan oleh bakteri.

"Mengingat bahwa sekitar 300 juta orang di seluruh dunia memakai lensa kontak, penting bagi orang-orang untuk mengetahui cara meminimalisasi risiko terkena keratitis," kata Dart, dikutip dari laman UPI, Selasa (27/9/2022).

Untuk sampai pada kesimpulan penelitian, tim peneliti meninjau kondisi lebih dari 200 pasien Rumah Sakit Mata Moorfields di London. Ada 83 pasien yang mengidap AK dan 122 peserta yang mengidap kondisi lain.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang memakai softlens yang dapat digunakan kembali memiliki kemungkinan 3,8 kali mengembangkan AK dibandingkan orang yang setiap hari mengganti lensa kontak. Mandi dengan masih tetap memakai lensa kontak meningkatkan kemungkinan AK sebesar 3,3 kali, sementara memakai lensa semalaman saat tidur meningkatkan kemungkinan sebesar 3,9 kali.

Penulis studi lainnya, Nicole Cart, menekankan bahwa studi terdahulu telah menghubungkan AK dengan memakai lensa kontak di bak mandi air panas. Begitu juga pemakaian di kolam renang atau danau.

Profesor madya di UCL's Institute of Ophthalmology and Moorfields Eye Hospital itu mengatakan bahwa studinya menambahkan informasi pendukung. Intinya, paparan air apa pun saat memakai lensa kontak harus dihindari.

"Kolam renang umum dan otoritas setempat yang wilayahnya ada di pesisir dapat membantu mengurangi risiko ini dengan menyarankan agar tidak berenang dengan lensa kontak," ujar Carnt.

Kasus AK jarang menyebabkan kehilangan penglihatan, namun infeksi ini mengimbas setengah dari pengguna lensa kontak yang kehilangan penglihatan. Sekitar seperempat dari total pasien kehilangan lebih dari 75 persen penglihatan atau menjadi buta setelah terpapar infeksi. Sebanyak 25 persen pasien lain yang terpapar infeksi memerlukan transplantasi kornea untuk mengobati penyakit atau memulihkan penglihatan.

Pengguna dianjurkan menerapkan langkah-langkah mendasar untuk menjaga kebersihan lensa kontak. Tim peneliti juga menyarankan produsen lensa kontak menyediakan informasi tentang keamanan produknya di kemasan guna menghindari risiko.

Itu bisa berupa cara sederhana seperti stiker yang memperingatkan agar lensa kontak tidak boleh terkena air. Hal ini mengingat banyak orang membeli lensa kontak secara daring tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan profesional kesehatan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement