REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyerukan kepada Israel untuk membuka penyelidikan atas kematian misterius seorang bocah lelaki Palestina, Rayan Suleiman yang berusia 7 tahun. Bocah lelaki tersebut pingsan dan meninggal pada Kamis (28/9/2022), tak lama setelah tentara Israel datang ke rumahnya di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Kerabat bocah tersebut mengatakan, Suleiman tidak memiliki masalah kesehatan sebelumnya. Keluarga Suleiman menuduh tentara menakut-nakuti anak itu sampai meninggal dunia. Tentara menyebut kematian itu sebagai tragedi. Israel mengatakan, tentaranya tidak bisa disalahkan.
Sebelumnya pada hari itu, beberapa anak laki-laki desa Palestina terlihat melemparkan batu ke arah mobil yang melaju di jalan raya dekat pemukiman Israel di Tekoa, yang terletak dekat dengan Kota Betlehem, Palestina. Belakangan, kerabat mengatakan bahwa tentara menggedor pintu dan ingin menangkap kakak laki-laki Rayan karena dugaan pelemparan batu.
Sepupu Rayan, Mohammed Suleiman mengatakan, Rayan menjerit ketakutan saat melihat tentara Israel memasuki rumahnya. Orang tua Rayan berupaya untuk menenangkannya. Setelah tentara Israel pergi, Rayan kemudian pingsan.
Ayah Rayan, Yasser Suleiman, mengatakan, Rayan mencoba melarikan diri ketika tentara mengatakan mereka ingin menangkap saudara-saudaranya. Bahkan Rayan sempat dikejar oleh tentara. Yasser mengatakan, Rayan muntah darah di dalam mobil setelah pingsan dan dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit.
“Dia (Rayan) mati syahid karena takut pada mereka (tentara Israel),” kata sang ayah kepada Palestine TV.
Juru bicara militer Israel, Richard Hecht membantah bahwa tentara Israel mendatangi rumah Rayan. Dia mengatakan, petugas itu berbicara dengan sangat tenang dan pergi. “Tidak ada kekerasan, tidak ada yang masuk ke rumah,” kata Hecht.
Di Washington, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri, Vedant Patel, mengatakan, Amerika Serikat sangat sedih mengetahui kematian seorang anak Palestina yang tidak bersalah.
"Kami mendukung penyelidikan menyeluruh dan segera atas keadaan seputar kematian anak itu," katanya.
Palestina dan kelompok hak asasi manusia mengatakan, tentara tidak mampu menyelidiki kesalahan yang dilakukan pasukannya. Selain itu, tentara Israel jarang dimintai pertanggungjawaban.
Rayan akan dimakamkan pada Jumat (30/9/2022). Pemakaman dilakukan pada saat meningkatnya kekerasan di Tepi Barat.
Pada Rabu (27/9/2022), empat warga Palestina tewas dan 44 terluka dalam serangan militer Israel di Kota Jenin di Tepi Barat utara. Serangan ini adalah episode paling mematikan sejak Israel melancarkan tindakan kerasnya awal tahun ini.
Israel telah melakukan serangan dan penangkapan setiap malam, terutama di Tepi Barat utara. Serangan dilakukan sejak serangkaian serangan Palestina yang mematikan di Israel musim semi lalu. Puluhan warga Palestina telah terbunuh dalam serangan tersebut. Ini menjadi tahun paling mematikan di wilayah pendudukan sejak 2015.
Sebagian besar warga Palestina yang tewas adalah buronan militan yang melepaskan tembakan, atau pemuda yang melemparkan bom api atau batu ke arah tentara Israel yang memasuki lingkungan mereka. Tetapi beberapa warga sipil yang tidak terlibat dalam kekerasan juga ikut tewas.