REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, bahwa ketika dalam masa transisi menuju endemi perlu memperbaiki beberapa aspek. Ini termasuk manajemen dan komunikasi risiko untuk memastikan masyarakat memiliki kemampuan menilai risiko.
"Dalam masa transisi ini kita harus memperbaiki aspek yang menjadi PR besar di Indonesia yang mengemuka di masa pandemi yaitu leadership segala sektor dan level termasuk manajemen risiko dan strategi komunikasi risiko," kata Dicky, Selasa (4/10/2022).
Menurutnya, dengan adanya persiapan manajemen risiko dan strategi komunikasi risiko diharapkan dapat membangun kemampuan menilai risiko secara mandiri oleh masing-masing individu di masyarakat.
Peneliti di Global Health Security CEPH Griffith University itu juga mengingatkan bahwa pencabutan status pandemi terkait erat dengan status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) yang diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
"Tidak masuk akal kalau (status) pandemi dicabut tapi PHEIC tidak dicabut," kata Dicky.
Karena pandemi COVID-19 merupakan masalah global, maka perlu juga dilihat keterkaitannya dengan indikator global untuk mencabut status pandemi. Dia mengatakan bahwa prediksi optimis paling cepat pada akhir tahun ini status PHEIC bisa dicabut.
"Itu dengan catatan, terutama di modal vaksinasi dua dosis ini yang menjadi penting. Termasuk dengan catatan tren keparahan masuk rumah sakit dan juga kematian terus menurun dan dengan catatan tidak muncul varian super," ucap Dicky.