Selasa 04 Oct 2022 18:49 WIB

Epidemiolog: Perlu Perbaikan Beberapa Aspek di Masa Transisi ke Endemi

Pencabutan status pandemi perlu melihat keterkaitannya dengan indikator global.

Orang-orang yang memakai masker berjalan di sepanjang jalan perbelanjaan luar ruangan di Beijing, China, Sabtu, 27 Agustus 2022. Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, bahwa ketika dalam masa transisi menuju endemi perlu memperbaiki beberapa aspek.
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Orang-orang yang memakai masker berjalan di sepanjang jalan perbelanjaan luar ruangan di Beijing, China, Sabtu, 27 Agustus 2022. Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, bahwa ketika dalam masa transisi menuju endemi perlu memperbaiki beberapa aspek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, bahwa ketika dalam masa transisi menuju endemi perlu memperbaiki beberapa aspek. Ini termasuk manajemen dan komunikasi risiko untuk memastikan masyarakat memiliki kemampuan menilai risiko.

"Dalam masa transisi ini kita harus memperbaiki aspek yang menjadi PR besar di Indonesia yang mengemuka di masa pandemi yaitu leadership segala sektor dan level termasuk manajemen risiko dan strategi komunikasi risiko," kata Dicky, Selasa (4/10/2022).

Baca Juga

Menurutnya, dengan adanya persiapan manajemen risiko dan strategi komunikasi risiko diharapkan dapat membangun kemampuan menilai risiko secara mandiri oleh masing-masing individu di masyarakat.

Peneliti di Global Health Security CEPH Griffith University itu juga mengingatkan bahwa pencabutan status pandemi terkait erat dengan status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) yang diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

"Tidak masuk akal kalau (status) pandemi dicabut tapi PHEIC tidak dicabut," kata Dicky.

Karena pandemi COVID-19 merupakan masalah global, maka perlu juga dilihat keterkaitannya dengan indikator global untuk mencabut status pandemi. Dia mengatakan bahwa prediksi optimis paling cepat pada akhir tahun ini status PHEIC bisa dicabut.

"Itu dengan catatan, terutama di modal vaksinasi dua dosis ini yang menjadi penting. Termasuk dengan catatan tren keparahan masuk rumah sakit dan juga kematian terus menurun dan dengan catatan tidak muncul varian super," ucap Dicky.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement