Jumat 07 Oct 2022 08:09 WIB

UMM Terjunkan Tim Trauma Support Mobility dan Pendataan Korban Kanjuruhan

Tim akan mendengarkan keluk kesah korban dan keluarga serta memberi layanan psikologi

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meluncurkan gerakan trauma support mobility untuk korban tragedi Kanjuruhan di Hall Dome UMM, Malang, Kamis (6/10/2022). Selain tim UMM, gerakan ini juga melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang, UIN Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Merdeka dan sebagainya.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meluncurkan gerakan trauma support mobility untuk korban tragedi Kanjuruhan di Hall Dome UMM, Malang, Kamis (6/10/2022). Selain tim UMM, gerakan ini juga melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang, UIN Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Merdeka dan sebagainya.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sederet tim Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diterjunkan seperti tim medis dan psikologis. Langkah ini bertujuan untuk mendampingi, menemani, mendengarkan keluh kesah keluarga korban Kanjuruhan serta memberikan pelayanan psikologis.

Tim itu juga tergabung dalam gerakan trauma support mobility yang telah melaksanakan bantuan dan kordinasi. Salah satunya pada Kamis (6/10/2022) bersama dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Profesor Muhadjir Effendy di teater Dome UMM.

Baca Juga

Selain tim UMM, gerakan trauma support mobility juga diisi oleh tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Malang, HIMPSI Malang, Save the Children, Maharesigana UMM, MDMC, UIN Maulana Malik Ibrahim, Universitas Merdeka, Universitas Brawijaya dan sederet lainnya. Hadir pula perwakilan dari BTS ARMY Help Center Indonesia yang akan mendukung proses tersebut.

Muhadjir menilai tim gabungan ini merupakan upaya yang bagus untuk mengatasi insiden di Kanjuruhan. Berbeda dengan korban fisik yang bisa diukur dan diperkirakan sembuhnya, cedera mental lebih sulit untuk dihitung dan diidentifikasi. Bahkan bukan hanya korban tetapi juga kerabat dan keluarga yang ditinggalkan.

“Kemarin saya sempat menemui bapak dari korban meninggal. Dua anaknya terenggut dalam insiden Kanjuruhan. Tentu, membantu dari sisi psikologis juga penting dan menyasar bukan hanya korban yang menonton, tapi juga para keluarga yang ditinggalkan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.

Terkait dana operasional, ia menjelaskan bahwa ada dana siap pakai (DSP) di pemerintah daerah yang bisa dialokasikan. Hal ini termasuk salah satunya untuk memberikan santunan kepada keluarga dan kegiatan trauma support ini. Ia juga mendorong para rektor di perguruan tinggi Malang untuk turut berkontribusi dalam rangkaian pendampingan psikologis tersebut agar lebih masif.

Selain itu, UMM juga berkolaborasi dan terus berkoordinasi dengan Aremania untuk melakukan pendataan jumlah korban sejak Ahad (2/10/2022) lalu. Koordinator tim pendataan sekaligus Aremania Kampus Putih UMM, Muh. Farhannudin Nur Avif menuturkan, sampai saat ini timnya masih terus mencari data yang valid.

Pria yang disapa Farhan ini tak menampik, jumlah kasus kematian berbeda antara satu sama lain. Ada yang menemukan bahwa korban meninggal 125 orang, ada pula yang 183, bahkan ada yang 200an. "Maka, pendataan ulang dengan seksama menjadi hal yang penting," jelasnya.

Selain itu, ia dan tim juga terus mencari korban luka-luka dalam tragedi malam itu. Jumlahnya tentu lebih banyak ketimbang yang meninggal. Ia mengaku proses pencariannya juga cukup memakan waktu karena lebih rumit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement