Selasa 18 Oct 2022 05:10 WIB

Pakar Kesehatan Ingatkan DBD tidak Hanya Terjadi Saat Musim Hujan

Akibat perubahan iklim, kini DBD tak hanya di musim hujan tapi sepanjang tahun

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Petugas Dinas Kesehatan mengenakan kostum nyamuk saat sosialisasi pencegahan demam berdarah di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (14/10/2022). Kegiatan sosialisasi di sejumlah titik keramaian tersebut sebagai upaya mencegah wabah demam berdarah dengan mengajak masyarakat menjaga kebersihan lingkungan sekitar terutama saat memasuki musim penghujan.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Petugas Dinas Kesehatan mengenakan kostum nyamuk saat sosialisasi pencegahan demam berdarah di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (14/10/2022). Kegiatan sosialisasi di sejumlah titik keramaian tersebut sebagai upaya mencegah wabah demam berdarah dengan mengajak masyarakat menjaga kebersihan lingkungan sekitar terutama saat memasuki musim penghujan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Dr. Cipto Mangungkusumo, Erni Juwita Nelwan, mengatakan demam berdarah dengue (DBD) dapat berlangsung sepanjang tahun sehingga tak melulu hanya terjadi dan meningkat pada musim hujan.

"Karena sejak 10 tahun terakhir terjadi perubahan iklim maka wabah demam berdarah tidak lagi dengan siklus akibat ada naik turun curah hujan sepanjang waktu," kata Erni dalam diskusi media bertajuk Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan yang digelar daring, Senin (17/10/2022).

Baca Juga

Erni mencatat penyakit ini bahkan juga muncul saat pergantian musim. Menurut dia, pada musim panas nyamuk bertelur. Kemudian pada musim hujan saat terendam air bersih, telur langsung berubah menjadi larva lalu nyamuk dewasa dalam hitungan hari dan jumlah sangat banyak.

Hal senada disampaikan dokter spesialis anak dari FKUI-RSCM Hindra Irawan Satari. Dia menuturkan nyamuk Aedes aegypti menempatkan telurnya pada air jernih yang tergenang, tak terkena sinar matahari, dan tidak berhubungan dengan tanah.

"Nyamuk ini hidup di daerah tropis, kelembapan tinggi, ada air tergenang, tak terkena sinar matahari, serta tidak berhubungan dengan tanah. Di musim hujan, air jernih yang tergenang lebih banyak dan dia multi-bite atau menggigit berkali-kali," tutur dia yang hingga hari ini masih merawat pasien demam berdarah dengue.

Hindra mengingatkan demam berdarah dengue bisa berakibat fatal karena umumnya terlambat dikenali, padahal terjadi kebocoran pada pembuluh darah. Kerusakan endotel atau sel-sel yang melapisi pembuluh darah menyebabkan cairan keluar sehingga akan memberikan syok dan dapat berakhir dengan kematian apabila terjadi perdarahan.

"Jadi bukan trombosit saja yang jadi kehebohan, tetapi juga derajat kebocoran pembuluh darah itu indikator beratnya seseorang terkena infeksi virus dengue itu," ujar Hindra.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement