Senin 17 Oct 2022 14:33 WIB

Perempuan Ambil Alih Protes Antiperang di Rusia

Para laki-laki merasa takut dikirim ke garis depan jika mereka berdemonstrasi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Seorang petugas polisi menahan seorang demonstran selama protes terhadap mobilisasi parsial di Moskow, Rusia, Sabtu, 24 September 2022. Penahanan perempuan dalam protes terhadap mobilisasi Presiden Vladimir Putin untuk perang di Ukraina telah meningkat. Para laki-laki kebanyakan merasa takut dikirim ke garis depan jika mereka berdemonstrasi.
Foto: AP/AP
Seorang petugas polisi menahan seorang demonstran selama protes terhadap mobilisasi parsial di Moskow, Rusia, Sabtu, 24 September 2022. Penahanan perempuan dalam protes terhadap mobilisasi Presiden Vladimir Putin untuk perang di Ukraina telah meningkat. Para laki-laki kebanyakan merasa takut dikirim ke garis depan jika mereka berdemonstrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Penahanan perempuan dalam protes terhadap mobilisasi Presiden Vladimir Putin untuk perang di Ukraina telah meningkat. Para laki-laki kebanyakan merasa takut dikirim ke garis depan jika mereka berdemonstrasi.

Menurut data dari kelompok Rusia yang memantau protes OVD-Info, perempuan merupakan 51 persen dari 1.383 orang yang ditangkap dalam protes anti-mobilisasi 21 September dan 71 persen dari 848 yang ditahan pada 24 September. OVD-Info mengatakan, meningkatnya jumlah perempuan yang ditahan pada 24 September terjadi karena beberapa pria takut direkrut jika ditangkap.

Baca Juga

Selain itu, dokumen pengadilan juga menunjukkan lebih banyak perempuan di Moskow yang didakwa sehubungan dengan protes anti-perang pada Februari dan Maret pada minggu-minggu awal konflik daripada protes anti-Putin pada tahun-tahun sebelumnya. Analisis Reuters terhadap dokumen pengadilan menunjukkan, perempuan yang melakukan protes pada minggu-minggu awal perang pada Februari dan Maret membuat setidaknya 30 persen dari mereka yang didakwa, naik dari setidaknya 11 persen dalam protes pada 2021 dan setidaknya enam persen pada protes 2019.

Proporsi perempuan kemungkinan lebih tinggi dalam tiga tahun karena Reuters hanya dapat menentukan jenis kelamin di sekitar 80 persen kasus dari nama keluarga pengunjuk rasa. Nama keluarga khas Rusia memiliki akhiran yang berbeda untuk perempuan dan laki-laki.

Salah satu pengunjuk rasa perempuan yang menuju ke pusat kota Moskow pada malam 24 September adalah Lisa yang berusia 19 tahun.  Sebelum Lisa bergabung dengan kerumunan, seorang petugas polisi dengan pelindung tubuh meraih lengannya dan melemparkannya ke dalam sebuah van. Dia menghabiskan seminggu di tahanan.

"Ketika perang dimulai, saya merasa masa depan saya tidak terjadi lagi. Namun saya juga mulai merasa bersalah karena memikirkan masa depan saya sendiri ketika orang-orang di Ukraina merasa lebih takut setiap hari," kata Lisa yang meminta untuk hanya menggunakan nama depannya karena takut akan akibatnya.

Lisa menunjukkan dokumen dan foto terkait penahanannya kepada Reuters. Pihak berwenang Rusia mengatakan, pengunjuk rasa ditahan karena aksi unjuk rasa yang tidak sah adalah ilegal menurut hukum Rusia. Pemerintah juga melarang aktivitas apa pun yang dianggap mencemarkan nama baik angkatan bersenjata.

Seorang jurnalis pria Rusia yang meliput demonstrasi dan dua pengunjuk rasa berjenis kelmain laki-laki mengatakan, mereka menerima surat-surat pemanggilan ke kantor pendaftaran militer setelah ditahan. Salah satu dari mereka adalah Vladislav Staf yang berusia 30 tahun.

Sejarawan tanpa pengalaman militer itu mengatakan, dia dan selusin laki-laki lainnya yang dimasukkan ke dalam mobil polisi mendapatkan surat wajib setelah ditangkap pada 21 September. Dia dibebaskan dari tahanan seminggu kemudian dan melarikan diri dari Rusia. OVD-Info mengatakan, pengunjuk rasa laki-laki direkrut di setidaknya 17 departemen kepolisian pada 21 September dan setidaknya 16 departemen pada 24 September.

"Rasanya sangat berbahaya untuk tinggal," kata Staf yang sekarang di Montenegro dan menunjukkan salinan draf dokumennya.

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement