REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Inflasi konsumen Selandia Baru pada kuartal ketiga tahun ini lebih melampaui ekspektasi dan masih salah satu yang tertinggi dalam sejarah. Sementara itu kenaikan harga berbagai kebutuhan masih menekan.
Pada Senin (17/10/2022), Badan Statistik Selandia Baru mengatakan inflasi tahunan Negeri Kiwi pada kuartal ketiga 7,2 persen. Melambat dibanding kuartal kedua yang sebanyak 7,3 persen dan tertinggi kedua dalam tiga terakhir.
Indeks harga konsumen (CPI) kuartal-ke-kuartal naik 2,2 persen, menyusul kenaikan 1,7 persen di kuartal kedua. Data tersebut di atas ekspektasi ekonom yang sebesar 1,6 persen dan 6,7 persen untuk inflasi tahunan.
Bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menaikan suku bunga menjadi 3,50 persen dari kenaikan terendah pada Oktober tahun lalu sebesar 0,25 persen. Bank sentral memberi sinyal akan kembali menaikan suku bunga sebab terbukti berhasil menahan inflasi.
Dolar Selandia Baru naik sedikit setelah data menunjukkan inflasi lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan. Badan statistik mengatakan pendorong utama inflasi tahunan yang sebesar 7,2 persen adalah kenaikan harga barang bangunan, pajak pemerintah daerah dan tarif sewa rumah.
"Biaya untuk membangun rumah baru terus naik dengan masalah rantai pasokan, biaya tenaga kerja dan tingginya permintaan, gabungan semuanya mendorong harga," kata manajer senior bidang harga Badan Statistik Selandia Baru.
Badan Statistik Selandia Baru menambahkan inflasi produk yang tak dapat diperdagangkan atau produk Selandia Baru untuk konsumsi dalam negeri, naik 6,6 persen. Tertinggi sejak data produk ini dilacak pada Juni 2002.