REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, kumulatif dari Januari 2022 hingga Oktober ini terdapat 71 kasus penyakit gagal ginjal akut misterius. Jumlah itu mengalami penambahan dari sebelumnya 42 kasus pada 13 Oktober 2022 dan pada 18 Oktober 2022 menjadi 49 kasus kumulatif.
"Sampai saat ini berdasarkan data kumulatif ada 71 kasus baik yang berdomisili di DKI atau di luar DKI yang mendapatkan penanganan di Jakarta," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Dwi Oktavia, Kamis (20/10/2022).
Meski begitu, tidak ada penambahan kasus kematian akibat gagal ginjal akut misterius itu. Hingga saat ini, sudah ada 25 orang anak meninggal dunia berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI.
Dinas Kesehatan DKI menjelaskan gejala awal gagal ginjal akut misterius di antaranya demam, diare, muntah, dan batuk disertai pilek. Kemudian, gejala lanjutan jumlah urine dan frekuensi buang air kecil berkurang, badan membengkak, penurunan kesadaran, dan sesak napas.
Jika ditemukan gejala demam, diare, muntah, frekuensi buang air kecil berkurang, sebaiknya dalam 12 jam harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Semakin cepat terdeteksi, semakin baik perbaikan penyakit jika ditangani khusus.
Adapun langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal di antaranya cukupi kebutuhan cairan harian sesuai usia, konsumsi makanan lengkap dan gizi seimbang. Kemudian, terapkan pola hidup sehat, hindari mengonsumsi obat keras terbatas tanpa resep dokter. Pihaknya meminta masyarakat tidak panik namun tetap waspada terutama jika jumlah dan frekuensi buang air kecil anak berkurang.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono terjun langsung mengawasi penanganan pasien yang mengidap penyakit gagal ginjal akut misterius yang menimpa sebagian besar anak berusia di bawah enam tahun. "Saya terus koordinasi dengan Dinas Kesehatan. Nanti saya kabari," kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Ia akan melakukan pemantauan ke sejumlah fasilitas kesehatan di Jakarta termasuk puskesmas untuk memastikan penanganan berjalan lancar. "Pasti-pasti (pemantauan) ke puskesmas dan lainnya," imbuh Heru.