Jumat 21 Oct 2022 13:14 WIB

Puluhan Negara OKI akan Hadiri Konferensi Ketua MPR di Bandung

Hingga saat ini, negara yang sudah pasti hadir sekitar 15 negara.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Sekretaris Jenderal MPR RI, Prof.Dr. Ma
Foto: dok. istimewa
Sekretaris Jenderal MPR RI, Prof.Dr. Ma

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Puluhan negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), akan menghadiri Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan, Dewan Syuro Negara-Negara Anggota OKI di Bandung pada tanggal 24 sampai 26 Oktober.

Menurut Sekretaris Jenderal MPR RI, Prof Ma'ruf Cahyono, negara-negar OKI yang diundang ada 50 negara. Namun, yang sudah pasti mengkonfirmasi hadir hingga saat ini sekitar 15 negara. Di antaranya dari Bahrain, Maroko, Iran, Yaman, Malaysia, Saudi Arabia, Mesir, Pakistan dan lainnya.

"Ini berkembang terus masih dalam konfirmasi. Jadi, 15 negara nantinya akan bertambah," ujar Prof Ma'ruf di acara Jabar Punya Informasi, di Gedung Sate, Kamis (20/10).

Prof Ma'ruf mengatakan, pertemuan ini nantinya baru membicarakan urgensi keberadaan forum jadi belm ada isu khusus atau tematik yang akan dibahas. Nantinya, kalau semua sepakat pertemuan ini perlu dikuatkan maka akan menjadi alternatif forum. 

"Konferensi ini, tak mencantumkan tema secara khusus tapi akan membahas orientasi ke depan parlemen yang diperlukan. Selain itu, akan ada joint statment d rumuskan para delegasi di hari terakhir nanti," katanya.

Rencanannya, kata dia, acara akan dibuka oleh presiden dan wapres dan dihadiri semua menteri terkait. Termasuk, akan ada utusan dari berbagai duta besar yang akan bertindak jadi peninjau. 

"Isu kemanusian dan gagasan baru akan muncul dalam pertemuan ini," katanya.

Menurut Prof Ma'ruf, pertemuan ini digelar karena parlemen negara-negara di dunia harus dikuatkan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Gagasan tersebut, kemudian disambut baik oleh Ketua Majelis Syuro Saudi Arabia dan juga Ketua Ketua Majelis tinggi di Maroko.

"Nah ini yang melatari, kemudian dari Saudi Arabia maupun Maroko menyarankan memberi masukan untuk segera dilakukan langkah-langkah termasuk kajian-kajian agar ada parlemen-parlemen sejenis MPR atau dewan di dunia sehingga nanti bisa dilakukan langkah-langkah yang lebih konkret," paparnya.

Terkait pemilihan tempat konferensi di Jabar khususnya Kota Bandung, Prof Ma'ruf mengatakan, Bandung merupakan salah satu kota yang bersejarah. Karena, menjadi salah satu tempat bersejarah bagi bangsa-bangsa Asia Afrika saat itu yang memerdekakan diri. 

"Terinspirasi dengan peristiwa Konferensi Asia Afrika event pada 1955 itu dampaknya itu terus berlanjut hingga hari ini. MPR itu memutuskan diadakan di Jabar khususnya di Bandung dengan pertimbangan salah satunya sejarah selain kenyamanan, keindahan Kota Bandung," paparnya. 

Sementara menurut Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Prov Jabar, Dodit Ardian Pancapana, ST. M.Sc, Bandung dipilih menjadi tempat konferensi selain dulu menjadi tempat penyelenggaraan KAA, dulu ada dasa sila Bandung yang mempersatuan dan jadi pijakan sejarah. Selain itu, MPR pada tahun 60 sampai 71 pernah berkantor disana.

"Pembukaan nanti di Gedung Asia Afrika. Lalu ke hotel Pullman. Ada historical walk juga nantinya. Jadi tak hanya geografis tapi historis juga dan ada tinjauan ke museum," katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement