REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan tentang rahasia di balik perjanjian Hudaibiyah, yaitu sebuah perjanjian yang diadakan di wilayah Hudaibiyah Makkah pada Maret 628 M.
Untuk mengungkap rahasia di balik perjanjian bersejarah ini, Nursi mengutip ayat Alquran, yaitu:
فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا
“Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.” (QS Al-Fath: [48]:27).
Menurut Nursi, ayat Alquran ini menjelaskan bahwa meskipun perjanjian Hudaibiyah terlihat tidak menguntungkan kaum muslimin dan relatif menguntungkan bangsa Quraisy, namun ia akan menjadi layaknya sebuah kemenangan yang nyata dan menjadi kunci pembuka bagi berbagai kemenangan lainnya.
Walaupun secara realitas pedang-pedang mereka telah masuk ke dalam sarungnya, lanjut dia, namun Alquran yang mulia telah menghunus ‘pedang berlian’ yang bersinar terang, membuka kalbu dan akal manusia.
“Sebab, dengan adanya perjanjian tersebut para kabilah itu berbaur. Sifat keras kepala mereka itu pun lenyap oleh kemuliaan Islam dan tirai fanatisme kesukuan yang tercela hancur oleh cahaya Alquran,” jelas Nursi di dalam bukunya yang berjudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 55-56.
Nursi mencontohkan ahli perang, Khalid bin a Walid dan politisi ulung Amru ibn Al-Ash, yang tidak pernah mau menyerah, ternyata mereka dikalahkan pedang Alquran yang bersinar yang terjelma melalui perjanjian Hudaibiyah.
Baca juga: Mualaf Sujiman, Pembenci Adzan dan Muslim yang Diperlihatkan Alam Kematian
Sehingga, kata Nursi, kedua tokoh tersebut mau berjalan bersama menuju Madinah al-Munawwarah serta keduanya menyatakan masuk Islam.
Mereka masuk ke dalam Islam dengan penuh ketundukan dan kepatuhan sampai kemudian Khalid bin Walid menjadi “Pedang Allah yang terhunus” serta pedang penaklukan Islam.
Kemudian, ada sebuah pertanyaan, “Para sahabat Rasul SAW telah dikalahkan kaum musyrikin dalam akhir Perang Uhud dan permulaan perang Hunain. Apa hikmah di balik itu semua?”
Jawabannya, menurut Nursi, karena ketika itu di kalangan kaum musyrikin banyak orang-orang seperti Khalid bin Walid yang pada masa selanjutnya akan menjadi sahabat Nabi SAW.
Agar kehormatan mereka tidak tercoreng, maka dengan kebijaksanaan-Nya, Allah SWT memberikan balasan yang cepat mendahului kebaikan mereka di masa mendatang.
“Artinya, para sahabat generasi masa lalu dikalahkan para sahabat generasi mendatang agar para sahabat generasi mendatang itu tidak masuk Islam karena takut pada kilatan pedang, namun karena rindu pada kebenaran. Serta, agar sifat kesatria mereka itu tidak menjadi lemah dan hina,” kata Nursi.