REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menargetkan pengadaan amunisi sebanyak 5 miliar butir untuk memenuhi kebutuhan TNI hingga tahun 2023, mendatang. Pemerintah pun mendorong keterlibatan industri pertahanan swasta dalam negeri agar mampu memproduksi peluru dan mencapai target tersebut.
"Betul, Kemenhan membuka seluas-luasnya industri pertahanan swasta yang memenuhi syarat untuk terlibat," kata Juru Bicara Kemenhan, Dahnil Azhar di Jakarta, Senin (24/10/2022).
Selain itu, kata Dahnil, kesempatan itu akan mendorong berkembangnya industri pertahanan dalam negeri. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar Indonesia bisa memperkuat industri pertahanan domestik.
Salah satu industri pertahanan dalam negeri yang turut ambil bagian dalam membantu pemenuhan kebutuhan 5 miliar butir peluru itu adalah PT Amerind Global. Perusahaan ini telah menggandeng tiga perusahaan teknologi pertahanan ternama asal Amerika Serikat, yaitu Northrop Grumman, Bliss, dan Olin/Winchester untuk membangun pabrik amunisi di Indonesia.
Direktur Utama PT Amerind Global, Mayjen TNI (Purn) George E Supit mengatakan, pihaknya dan tiga perusahaan dari Amerika Serikat itu telah sepakat bekerja sama dalam membangun industri pertahanan, khususnya amunisi kaliber 5,56 mm di Indonesia. Dengan begitu, industri pertahanan dalam negeri dapat mendukung kebutuhan operasional dan cadangan institusi TNI pada masa mendatang.
"Menhan (Prabowo Subianto) memberikan kesempatan kepada swasta untuk bisa membangun pabrik amunisi karena dalam kebijakan beliau akan mengadakan 5 miliar butir amunisi, untuk kebutuhan TNI, baik untuk cadangan maupun operasional kegiatan," kata Supit di Jakarta, Senin (24/10/2022).
Mantan Aster Panglima TNI tahun 2018 ini mengungkapkan, rencana pembangunan pabrik amunisi PT Amerind Global tersebut telah disetujui oleh Kemenhan dan Kementerian ATR/BPN. Pabrik amunisi bertaraf internasional nantinya didirikan di atas lahan seluas 100 hektar di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Selain itu, dia menyebut, ketiga perusahaan global yang akan berinvestasi di Indonesia itu juga telah sepakat untuk melakukan transfer teknologi sesuai aturan Kemenhan dalam kontrak kerja sama pembangunan industri pertahanan di dalam negeri. Pabrik yang akan dibangun oleh PT Amerind Global bersama itu memiliki kemampuan memproduksi 360 juta amunisi per tahun.
Meski demikian, Supit mengungkapkan, saat ini proses pendirian pabrik amunisi berteknologi tinggi itu masih menunggu hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "Kalau sudah ada AMDAL dari KLHK, nanti baru diserahkan ke Kemenhan, baru kemudian Kemenhan yang mengeluarkan izin pendirian pabrik di tempat yang sudah ditentukan oleh Kemenhan," jelas dia.
Mantan Pangdam XVII/Cenderawasih ini menjelaskan, pihaknya juga sudah menjalankan uji amunisi terhadap tiga jenis peluru kaliber 5,56 mm, 7,62 mm, dan kaliber 12,7 mm. Proses uji laboratorium amunisi itu dilakukan di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat (Dislitbangad) Batujajar, Jawa Barat, beberapa bulan lalu.
"Munisi yang sudah kita uji ada tiga jenis, yaitu kaliber 5,56 mm, kaliber 7,62 mm, dan kaliber 12,7 mm, dan semuanya sudah dinyatakan lulus uji. Dan kita sudah dapat serifikatnya, sudah disertifikasi, jadi kami jamin munisi ini sangat layak digunakan untuk TNI," kata Supit.