REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Nawir Arsyad Akbar
Populi Center dalam survei terbarunya menunjukkan, bahwa elektabilitas PDIP mengalami kemerosotan. Peneliti Senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan, drama yang terjadi di PDIP menjadi penyebab merosotnya elektabiltas PDIP.
"Karena survei kita itu dilakukan ketika masih drama ini terjadi terus menerus kan. Justru dugaan saya karena itu enggak cepat menentukan," kata Usep kepada Republika, Kamis (27/10/2022).
Apalagi ketika dukungan terhadap Puan di elit PDIP menguat. Padahal elektabilitas Puan di sejumlah survei masih rendah.
"Yang masyarakat harapkan bahkan oleh di antara pemilih PDIP juga tidak banyak diharapkan untuk dicalonkan oleh PDIP, maka saya kira itu juga masyarakat menunggu ya. Mungkin juga akan beralih atau menunda lah keputusannya untuk memilih PDIP. Justru dugaan saya karena itu," ungkapnya.
Usep menilai gejolak yang terjadi di PDIP bukanlah skenario. Sebab jika itu skenario, ternyata hal itu tidak berhasil membuat elektabilitas PDIP naik.
"Bahwa nanti misalnya yang dipilih tetap Ganjar untuk dimajukan, itu pasti melalui pertimbangan kepentingan PDIP di 2024. Tapi saat ini atau yang kemarin nampak di permukaan memang PDIP itu seperti mencari alternatif lain di luar Pak Ganjar. Misalnya hal ini Bu Puan yang memang secara serius itu juga didukung oleh kelompok elit PDIP dan ada upaya-upaya memang mendongkrak popularitas dan elektabilitas Bu Puan. tapi ya sampai hari ini tidak berhasil," jelasnya.
Survei nasional lembaga Populi Center terbaru menunjukkan bahwa elektabilitas PDIP mengalami penurunan. Elektabilitas PDIP berada di angka 15,7 persen.
Sebelumnya, elektabilitas pernah menembus angka 21,2 persen. Penurunan juga terjadi pada Partai Gerindra, Golkar, dan PKB dibandingkan Juli lalu masing masing 13 persen, 12,2 persen dan 8,3 persen.
Survei Populi Center dilaksanakan pada periode 9 hingga 17 Oktober 2022 dengan 1.200 responden menggunakan metode random sampling. Wawancara dilakukan tatap muka menggunakan aplikasi survei Populi Center di 120 kelurahan yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia dengan tingkat kepercayaan survei 95 persen dengan margin of error 2,83 persen.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, mengakui, sulit menebak langkah yang tengah dilakukan PDIP terkait pemberian sanksi terhadap Ganjar Pranowo. Ia menduga upaya tersebut merupakan bagian dari propaganda politik yang dilakukan PDIP.
"Patut dicurigai jika Ganjar dan PDIP sedang jalankan propaganda politik, tujuannya menempatkan Ganjar sebagai pihak tertindas agar banjir simpati, kenyataan di belakang panggung, Ganjar dan PDIP satu suara," kata Dedi kepada Republika, Kamis.
Ia menuturkan, sebelum ada rivalitas yakni munculnya Prabowo dan Anies sebagai Capres, rivalitas Ganjar dan Puan ditafsirkan berebut keterusungan.
Namun dengan kenyataan adanya Prabowo dan Anies, maka Puan dipastikan sulit lakukan perlawanan. "Untuk itu Ganjar diprediksi akan dipasang PDIP untul hadapi mereka," ujarnya.
Ia menambahkan, bisa saja konflik di tingkat loyalis akan kian meruncing, tetapi porsinya tidak berimbang. Elite partai seolah-olah membela Puan, sementara kader di bawah membela Ganjar.
"Ini setting yang bagus, karena jika dibalik elit yang dukung Ganjar sejak awal, maka akan kesulitan menempatkan Ganjar sebagai tokoh kader yang wong cilik, meskipun semua tahu, Ganjar tetap saja elite, ia bukan rakyat biasa," jelasnya.