REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Permintaan properti di wilayah Jawa Barat diprediksi tetap tinggi meski di tengah kondisi ancaman resesi pada 2023. Optimisme tersebut mengacu pada kondisi permintaan properti yang tetap tinggi saat pandemi Covid-19 terjadi pertama kali.
Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Jawa Barat Daniel Saputra memperkirakan, Indonesia terlepas dari kondisi resesi sebab pertumbuhan ekonomi yang positif. Meski begitu, resesi di wilayah Eropa tetap berdampak ke Indonesia.
"Kita pasti ada dampak (resesi Eropa), yang kita lihat pas kekhawatiran saat pandemi justru industri properti bagus. Omzet baik bahkan ada kantor di bawah Arebi justru saat pandemi omzet meningkat dibandingkan sebelum pandemi, anomali," ujarnya, Jumat (28/10/2022).
Ia melihat meski terdapat ancaman resesi ke depan namun selalu terdapat anomali seperti saat pandemi Covid-19. Saat ini permintaan properti masih tinggi meski ke depan nilai transaksi akan relatif berkurang dari sebelumnya.
"Permintaan properti saat ini masih bagus, masih cukup tinggi cuma mungkin pengamatan saya bujet beli properti Rp 5 miliar sekarang Rp 4 miliar atau Rp 3 miliar tapi tetap beli properti," katanya.
Daniel melihat ancaman resesi menjadi peluang atau angin segar sebab diperkirakan akan banyak yang menjual properti dengan harga murah. "Kami gak khawatir untuk isu resesi," katanya.
Ia melanjutkan permintaan properti jenis landed atau apartemen di Jawa Barat saat ini tinggi dengan mayoritas di angka Rp 1 miliar ke bawah. Sedangkan dengan nilai angka Rp 1 miliar ke atas tidak terlalu besar. "Rumah baik landed atau apartemen, permintaan di Jabar Rp 1 miliar ke bawah permintaan besar, Rp 1 miliar ke atas tidak banyak. Permintaan tetap banyak," ungkapnya.
Mereka yang mengajukan permohonan rumah rata-rata pegawai dengan skema kredit Pemilikan rumah (KPR).