REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan untuk selalu menjaga kerukunan sesama anak bangsa. Ma'ruf pun mengingatkan untuk juga tidak selalu mendebatkan hal-hal yang tidak penting.
Ini disampaikan Ma'ruf menanggapi kerap terjadinya kegaduhan di media sosial (medsos) yang dapat menimbulkan perpecahan. "Memang belakangan ini di media sosial banyak kegaduhan, banyak hoaks, kita itu terlalu sensitif sehingga hal-hal yang seharusnya tidak perlu kita pertentangkan, kita debatkan bukan hal hal yang urgen," ujar Ma'ruf dikutip dari website Wapresri.go.id, Ahad (30/10/2022).
Ma'ruf pun mengajak untuk memperkuat toleransi dan persatuan bangsa. Apalagi, masyarakat Indonesia selama ini dikenal kalangan internasional sebagai masyarakat yang toleran. Hal ini sebagaimana diakui oleh majelis ulama dunia, Hukama Al-Muslimin yang perwakilannya belum lama ini datang ke Indonesia untuk belajar tentang toleransi.
Namun, diakui Ma'ruf, dalam isu yang ramai biasanya terdapat provokator yang mampu menyulut emosi sehingga menimbulkan reaksi berlebihan. Untuk itu, ia meminta masyarakat agar tidak mudah terpengaruh, khususnya dalam menanggapi isu perbedaan dan toleransi.
“Saya mengajak semua masyarakat baiknya kalau ada perbedaan, ditinggalkan saja, tidak perlu memaki-maki,” katanya.
Terlebih, kata Ma'ruf, kegaduhan terkait isu perbedaan dan toleransi yang akhir-akhir ini terjadi sifatnya sementara (temporary) karena dipengaruhi faktor tertentu, seperti menjelang pemilihan umum (pemilu). Menurutnya, dalam pemilu biasanya terjadi perbedaan dalam memilih partai, calon presiden/wapres, calon anggota legislatif, dan lain-lain yang dapat menjadi perdebatan dalam masyarakat.
“Oleh karena itu, saya sering katakan bahwa tentang perbedaan pandangan, perbedaan partai, perbedaan capres, itu sebaiknya tidak menjadi sumber perpecahan dan permusuhan,” katanya.
Dalam agama Islam pun, kata dia, sudah diajarkan bahwa untuk menanggapi perbedaan keyakinan cukup dengan mengucapkan “lakum dinukum waliyadin” yang berarti bagimu agamamu, bagiku agamaku. “Nah, kalau berbeda partai (cukup katakan) lakum partaiyukum, walana partaiyuna (untukmu partaimu, untukku partaiku). Kalau capres, lakum capresukum, walana capresuna (untukmu capresmu, untukku capresku). Harusnya kita tenang-tenang saja dan (tetap) berjalan beriringan,” katanya.
Kemudian, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia ini pun meminta masyarakat dalam memilih dan mendukung partai ataupun capres tidak perlu berlebihan. “Emosional, keinginan berlebihan (untuk) memenangkan, atau kecintaan yang berlebihan, ini barangkali yang harus ditahan. Proporsional saja,” ujarnya.
Wapres mengungkapkan bahwa dalam bidang keagamaan, di Indonesia telah dibentuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Forum yang terdiri dari majelis-majelis agama yang berbeda ini berfungsi untuk mencegah terjadinya konflik dan mengatasi masalah-masalah antarumat beragama.
Oleh sebab itu, ia mengharapkan dalam bidang politik pun seharusnya dapat saling menjaga di tengah perbedaan, sebagaimana dicontohkan FKUB. “Di bidang politik juga semestinya kita sama. Harusnya bisa menjaga (kerukunan),” katanya.