Saat ini, fenomena kebocoran data dan penyalahgunaan data pribadi telah makin marak di Indonesia. Menurut perusahaan keamanan digital Surfshark, sejumlah 1,04 juta akun mengalami kebocoran data di Indonesia selama kuartal II 2022.
Jumlah itu melonjak 143 persen dari kuartal I 2022. Angka tersebut makin memvalidasi bahwa peran aktif setiap individu dalam menjaga data pribadi di dunia digital kian dibutuhkan saat ini.
Menurut Surfshark, terdapat tiga akun yang mengalami kebocoran data di Indonesia pada setiap menitnya selama Januari–Maret 2022. Pada April–Juni 2022, jumlah tersebut meningkat menjadi delapan akun per menit.
Peningkatan angka tersebut makin memvalidasi bahwa peran aktif setiap individu dalam menjaga data pribadi di dunia digital semakin dibutuhkan saat ini. Meski agak merepotkan, terdapat sejumlah fitur tambahan untuk keamanan akun yang mesti diaktifkan demi mencegah peretasan.
Hadirnya berbagai fitur keamanan, dapat membantu kita memastikan bahwa data sensitif kita tidak disalahgunakan. Namun, apabila akun kita terlanjur diretas, persiapkan dan lakukan segera langkah-langkah pemulihan.
Menurut Relawan TIK Eko Sugiono, ada sejumlah tanda bahwa akun media sosial pengguna sedang diretas. Di antaranya, adalah surel dan kata sandi yang tiba-tiba tak sesuai, nama atau tanggal lahir berubah, ada permintaan pertemanan dari orang yang tidak pernah dikenal.
Selain itu, surel tiba-tiba mengirim pesan yang tidak ditulis, dan terdapat postingan iklan yang sama sekali tidak pernah direncanakan pembuatannya. "Kenapa akun media sosial kita diretas? Ada beberapa penyebab, seperti menyepelekan fitur perlindungan tambahan, masuk ke akun media sosial yang tidak resmi, tergiur dengan hadiah palsu dari merek tertentu, menggunakan kata sandi yang sama untuk seluruh akun, atau menggunakan kata sandi yang mudah ditebak," ungkap Eko, dalam webinar yang mengambil tema “Aman Berselancar di Ruang Digital dari Ancaman Hacker” yang berlangsung Rabu (19/10) di Makassar, Sulawesi Selatan.
Apabila sudah terlanjur diretas, lanjut dia, langkah yang harus segera dilakukan adalah segera menghapus malware jika ditemukan di gawai dan ikuti prosedur pemulihan akun. Lalu, mengubah kata sandi pada akun yang sedang diretas dan segera melakukan otentikasi dua langkah.
Peretasan itu sebaiknya diumumkan lewat media sosial dan disarankan menggunakan rekaman video untuk meyakinkan publik. Langkah terakhir adalah dengan melaporkan peretasan tersebut ke platform media sosial yang digunakan.
Menurut Eko, kita dapat mencapai kecakapan digital jika kita tahu dan paham ragam dan perangkat lunak yang menyusun lanskap digital. "Tiap anggota masyarakat kini diharapkan bisa mengoptimalkan penggunaan perangkat digitalnya sebagai fitur proteksi dari serangan siber," ujar Eko.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor I Universitas Dipa Makassar Komang Aryasa menjelaskan bagaimana peretas bisa memperoleh data penting korban peretasan. Kebanyakan adalah menggunakan jaringan publik semacam fasilitas WiFi gratis atau situs yang tidak aman.
Kemungkinan lain adalah kata sandi yang lemah atau lewat phising aratu pengelabuan. Peretas juga bisa mendapatkan data penting lewat pengaturan lokasi pada ponsel pintar maupun berawal dari pengikut (follower) yang tidak dikenal di media sosial.
Mengenai risiko kejahatan siber, Komang menambahkan, ada beberapa ragam modus yang kerap dipakai pelakunya, yaitu phishing, malware, ransomware, dan scam. Cara kerja dari ragam modus tersebut, terletak pada pengelabuan, menanamkan perangkat lunak berbahaya pada gawai korban, atau penipuan lewat telepon, surel, percakapan di aplikasi, dengan tujuan mengincar uang korban.
“Pertanyaannya adalah apakah setelah memahami beragam modus itu menjamin kita aman dari peretasan? Tidak. Sebab, tidak ada seorang pun yang bisa menjamin sebuah sistem 100 persen aman dari peretasan," tegas Komang.
Sementara itu, Ketua Umum Sobat Cyber Indonesia Virna Lim menyarankan agar kita menghindari penggunaan WiFi publik agar terhindar dari serangan peretasan. Lalu, jangan mudah mengumbar data pribadi ke publik lewat media sosial dan internet.
Menurutnya, menggunakan kata sandi yang rumit berupa kombinasi huruf dan angka bisa memperkuat perlindungan keamanan akun pribadi. “Kemudian, saat meng-install sebuah aplikasi, pastikan periksa apa saja keterangan izin akses yang diminta aplikasi tersebut. Pastikan aplikasi tersebut tidak mengakses data yang penting di gawai kita,” ujar Virna.