Senin 31 Oct 2022 11:21 WIB

Ruang Digital Dipenuhi Ujaran Kebencian, Warganet Diingatkan Pentingnya Etika

Dunia digital tidak berbeda dengan dunia nyata yang harus ada budaya menghormati

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Media sosial (ilustrasi). Dunia digital tidak berbeda dengan dunia nyata yang harus ada budaya menghormati.
Foto: www.freepik.com
Media sosial (ilustrasi). Dunia digital tidak berbeda dengan dunia nyata yang harus ada budaya menghormati.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK - Social Media Officer Good News From Indonesia Ni Putu Ruslina Darmayanthi mengingatkan pentingnya etika dalam beraktivitas di ruang digital dengan selalu mengedepankan sopan santun. Hal itu disampaikannya dalam webinar bertema Safe and Secure Online di Pontianak, Kalimantan Barat yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

"Sopan santun adalah landasan utama masyarakat yang beradab. Mari kita perlakukan setiap orang dengan baik dan hormati, baik itu di dunia nyata, maupun di dunia digital," ucap Ruslina dalam rilis pers yang diterima, Senin (31/10/2022).

Baca Juga

Ruslina mengatakan menurut hasil survei Microsoft pada 2020, warganet Indonesia disebut menjadi yang paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Sementara pada survei Digital Civility Index pada Februari 2021, terdapat 3.640 ujaran kebencian yang diumbar di media digital dalam kurun 2018-2021.

Lalu sebanyak 27 persen responden pernah menjadi korban ujaran kebencian, 13 persen menjadi korban diskriminasi, dan 43 persen pernah termakan hoaks dan penipuan. Dia berharap hal tersebut dalam berubah dengan cara meningkatkan kesadaran atas pentingnya etika di media digital.

Ruslina mengatakan dunia digital tidak berbeda dengan dunia nyata, ada ragam kultur dan budaya yang harus dihormati. Interaksi ragam budaya di dunia digital membutuhkan standar baru norma atau etika yang kerap disebut etika digital.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Rahma Santhi Zinaida yang juga menjadi pembicara dalam webinar itu mengatakan masyarakat harus memiliki pikiran yang positif ketika memasuki dunia digital. Artinya, tidak mudah menghakimi orang dengan memberikan komentar buruk atau menghina.

"Jadilah warganet yang kreatif. Bisa dengan membuat konten yang bermanfaat atau menghibur," kata dia.

Hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kemenkominfo diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya untuk menciptakan komunitas cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement