REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memperingati Hari Sumpah Pemuda, komunitas Student Earth Generation bersama Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah menggelar Aksi Pelajar Untuk Iklim, Ahad (30/10/2022). Acara ini diselenggarakan di 217 titik daerah dan diikuti pelajar Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Peserta melakukan dengan berbagai jenis aksi seperti land mark, tanam pohon, sedekah pohon, aksi jalanan, bersih pantai dan sungai, serta berbagai kegiatan menarik lainnya.
Pada November perhelatan besar KTT G20 di Bali dan COP 27 di Mesir akan menyoroti langkah kebijakan iklim di seluruh dunia. Para pelajar bergerak untuk menyuarakan keadilan iklim dan bangkitkan kesadaran atas ancaman krisis iklim. Kholida Annisa, koordinator nasional Aksi Pelajar Untuk Iklim mengatakan, permasalahan kerusakan lingkungan adalah permasalah bersama apa pun agama, umur dan latar belakang.
“Generasi muda memiliki beban dan tugas ganda di masa depan, yaitu membangun Indonesia lebih maju dan menyelamatkan masa depan bangsa ini dari bahaya ancaman krisis iklim. Cuaca ekstrem dan kenaikan suhu bumi yang sudah terjadi di depan mata kami saat kami sedang bertumbuh mencapai cita-cita," kata Kholida.
Kholida berkata, kerja sama yang kuat akan terjalin antara generasi muda dan generasi sebelumnya. "Kami tentu berani di garda terdepan. Tentu akan lebih kuat jika kami mendapatkan kebijakan yang melindungi kami bergerak dan berjuang. Untuk generasi lintas agama aksi menjaga lingkungan adalah aksi universal sebagai wujud spiritualitas dari keimananm," kata Kholida menegaskan.
Ia menjelaskan, sekitar 200 ayat Alquran yang memberi pesan tentang lingkungan dan perawatan bumi. Misalnya, meletakkan kesadaran mengenai peringatan kerusakan alam (QS Ar Rum:41) yang disebabkan manusia dan dorongan perlunya upaya perbaikan atas kerusakan tersebut (QS Ar Rahman:7).
Karena itu, pelajar sebagai generasi muda pemimpin dunia harus melek isu krisis iklim. Pendidikan sekolah tentang lingkungan hidup menjadi hak penuh yang harus didapatkan siswa.
Karena faktanya, kata dia, semakin banyak pelajar di dunia yang peduli dengan bumi. Gerakan seperti Fridays for Future menjadi contoh besar kekhawatiran kaum muda akan nasib bumi di masa depan.
"Kegiatan ini adalah langkah kecil. Kita butuh perlu lebih banyak aksi iklim yang kongkrit, kuat dan cepat untuk memastikan kenaikan rata-rata suhu bumi tidak melebihi 1.5°C seperti komitmen para pemimpin dunia pada Perjanjian Paris 2015 dan Peringatan PBB atas kode merah penyelamatan bumi. Solusinya sudah jelas dan waktu kita tidak banyak."