Kamis 03 Nov 2022 19:49 WIB

OJK dan Bank Indonesia Optimistis Pertumbuhan Kredit 2023 Lebih Tinggi

Ketua OJK yakin kenaikan kredit 2023 1,5 kali pertumbuhan PDB.

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis pertumbuhan kredit perbankan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Hal ini berdasarkan perhitungan proyeksi pertumbuhan fungsi intermediasi yang menggunakan pola 1,5 kali dari pertumbuhan domestik bruto.
Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis pertumbuhan kredit perbankan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Hal ini berdasarkan perhitungan proyeksi pertumbuhan fungsi intermediasi yang menggunakan pola 1,5 kali dari pertumbuhan domestik bruto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis pertumbuhan kredit perbankan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Hal ini berdasarkan perhitungan proyeksi pertumbuhan fungsi intermediasi yang menggunakan pola 1,5 kali dari pertumbuhan domestik bruto. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar meyakini target penyaluran kredit pada tahun ini mencapai 11 persen, bahkan melebihi target tersebut.“Kami memperkirakan pertumbuhan kredit 2023 menggunakan pola tadi, mestinya bisa sedikit di atas 1,5 kali dari pertumbuhan PDB tahun depan. Tentu dinamikanya akan kita cermati. Sejalan itu, pertumbuhan dana pihak ketiga akan tetap berjalan,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (3/11/2022).

Menurutnya pertumbuhan kredit pada tahun ini masih akan ditopang dari kredit modal kerja dan korporasi. Hal ini karena penyaluran kredit modal yang sudah tumbuh di atas 12 persen per September 2022. 

Sedangkan kucuran kredit perbankan ke segmen korporasi tumbuh 13 persen per September 2022. Artinya, lanjut Mahendra, momentum pemulihan ekonomi pascapandemi benar terjadi sampai saat ini. 

Dia berharap pemulihan ini masih akan terus terjadi hingga akhir tahun. Hal ini memungkinkan karena dana pihak ketiga tumbuh walau tidak setinggi kredit. 

“Karena pada saat yang bersamaan, terjadi likuiditas yang berlebih di sistem perbankan, sehingga bisa menopang permintaan kredit yang tinggi itu,” ucapnya.

Sementara itu Bank Indonesia juga optimis penyaluran kredit 2023 mampu lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Hal ini didukung dari sisi penawaran dari perbankan maupun permintaan dari sektor riil.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini pihaknya berupaya mendorong peningkatan kredit. Maka itu, dia memastikan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan mendorong pertumbuhan kredit ke sektor riil ke depannya.

“Tahun depan tahun, pertumbuhan kredit bisa tumbuh 10 persen hingga 12 persen year on year. Tahun ini kredit tumbuh sembilan sampai 11 persen,” ucapnya.

Dari sisi penawaran perbankan menurutnya ada tiga faktor yang memengaruhi. Pertama, secara likuiditas perbankan masih longgar. 

“Bank Indonesia akan memastikan perbankan tetap memiliki likuiditas yang memadai. Terlebih saat ini, alat likuid per dana pihak ketiga perbankan masih di atas 27 persen,” ucapnya.

Kedua, adanya insentif dari  KSSK guna memacu penyaluran kredit. Ada relaksasi makroprudensial seperti down payment nol persen, insentif kewajiban giro minimum 1,5 sampai dua persen disalurkan kredit ke 42 sektor prioritas termasuk UMKM.

“Bank Indonesia menyebut bisa menambah relaksasi giro wajib minimum bila perbankan semakin gencar menyalurkan kredit ke sektor UMKM,” ucapnya.

Ketiga, standar penyaluran kredit perbankan masih cukup memadai. Berdasarkan survei Bank Indonesia menunjukkan risk appetite, keinginan, dan lending standar perbankan dalam menyalurkan kredit masih positif. “Sedangkan dari sisi demand, ekonomi, konsumsi, investasi masih tumbuh begitupun,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement