REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Banjir akibat gelombang pasang air laut atau rob yang menerjang pesisir Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, semakin parah, Rabu (9/11/2022). Kondisi itu dimungkinkan terkait dengan adanya fenomena gerhana bulan total.
Banjir rob melanda permukiman warga di Desa Eretan Kulon dan Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur. Bencana yang telah menjadi langganan di kedua desa itu kini semakin parah.
"Ketinggian banjir rob hari ini di Desa Eretan Kulon dan Eretan Wetan lebih parah dibandingkan hari-hari sebelumnya," ujar petugas Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Indramayu, Waminuddin, kepada Republika.co.id Rabu (9/11).
Waminuddin menyebutkan, ketinggian banjir rob hari ini berkisar antara 20 hingga 80 sentimeter. Sedangkan pada hari-hari sebelumnya, ketinggian banjir rob di kisaran 20 hingga 60 sentimeter.
"Mungkin ini dampak gerhana bulan total, banjir robnya jadi lebih tinggi dibandingkan hari-hari kemarin," terang Waminuddin.
Waminuddin menilai, banjir rob kali ini murni dari air laut dan tidak bercampur dengan luapan sungai. Pasalnya, warna dari air banjirnya tidak berwarna keruh.
Waminuddin menyebutkan, jumlah rumah warga di Desa Eetan Kulon dan Eretan Wetan yang terendam banjir rob mencapai ribuan rumah. Meski demikian, warga tidak ada yang menguungsi dan masih bertahan di rumah masing-masing.
Waminuddin mengatakan, datangnya banjir rob sangat mengganggu aktivitas warga sehari-hari. Termasuk para pelajar yang hendak berangkat sekolah. Para pelajar tingkat TK maupun SD, kebanyakan digendong oleh orang tuanya menuju sekolah agar seragam mereka tidak basah.
Setelah sampai di sekolah pun, lanjut Waminuddin, para pelajar terpaksa belajar di dalam kelas yang tergenang air. Kondisi itu sangat mengganggu kenyamanan mereka.
"Di sini ada beberapa sekolah yang kena banjir rob. Tapi sekolah tidak diliburkan, tetap belajar seperti biasa karena rob memang sudah biasa terjadi," kata Waminuddin.
Hal senada diungkapkan seorang warga Desa Eretan Kulon, Rosidah. Menurutnya, banjir rob yang menjadi langganan di desanya sangat mengganggu kenyamanan dan aktivitas sehari-hari warga.
"Banyak peralatan elektronik yang rusak terkena banjir karena airnya asin. Kendaraan juga jadi mogok," keluh Rosidah.
Terpisah, Sekretaris Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Indramayu, Edi Satoto, mengatakan, pihaknya sedang mencoba peluang untuk merelokasi warga Eretan. Pada 2010 lalu pun sudah pernah dibangun sejumlah rumah untuk relokasi.