Kamis 10 Nov 2022 18:42 WIB

Sakit Diabetes Kian Banyak Serang Generasi Muda di Bawah Usia 40 Tahun

Dokter ungkap diabetes kian banyak dijumpai pada usia 20 hingga 30 tahun.

Dokter ungkap diabetes kian banyak dijumpai pada usia 20 hingga 30 tahun.
Foto: Pixabay
Dokter ungkap diabetes kian banyak dijumpai pada usia 20 hingga 30 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang berisiko penyakit gula, di antaranya mereka yang dari keturunan diabetes dalam keluarga, perlu menjaga gaya hidup sehat sehingga kesehatan tubuhnya bisa tetap optimal. Bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko, misalnya keturunan diabetes dalam keluarga, pentingnya mengatur faktor risiko yang bisa dimodifikasi seperti gaya hidup sehat, pola makan terjaga dan aktivitas fisik. Dengan gaya hidup sehat dan olahraga teratur diharapkan kesehatan bisa tetap optimal.

Dengan demikian, meski kelak seorang individu yang punya banyak faktor risiko akan menyandang diabetes, penyakit itu baru muncul setelah melewati usia produktif atau ketika sudah lanjut usia. Ia mengemukakan tren penderita diabetes semakin lama semakin muda.

Baca Juga

"30 tahun lalu di poliklinik yang datang kebanyakan kakek dan nenek, sekarang yang datang usia 20-an dan 30-an, di bawah 40 tahun sudah sering dijumpai," kata Dr dr Em Yunir, SpPD-KEMD, dari Divisi Endokrin, Metabolik dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam RSCM-FKUI, dalam webinar kesehatan, Kamis (10/11/2022).

Menyadari faktor-faktor risiko sejak awal bisa membantu seseorang mencegah munculnya diabetes karena secara sadar akan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari rokok dan alkohol, rajin beraktivitas fisik, dan membatasi asupan gula. Ia berharap masyarakat bisa mengenyahkan rasa takut untuk memeriksakan kesehatan secara rutin demi mencegah diabetes. 

"Semakin baik mengendalikan gula darah, makin baik kualitas hidup dan makin rendah risiko komplikasi," katanya.

Menyeimbangkan asupan kalori dan pembakaran kalori penting bagi setiap orang, termasuk orang yang berisiko diabetes. "Kalau suka kuliner, hitung lah sehari masuk berapa kalori," katanya.

Bila asupan kalori yang masuk banyak, imbangi dengan berolahraga seperti naik sepeda, jogging, dan lari, untuk membakar kalori yang masuk. Pada orang sehat, konsumsi makanan yang meningkatkan gula darah akan dibarengi dengan produksi insulin dalam tubuh yang sesuai dengan kebutuhan. 

Jika gula terlalu tinggi, pankreas yang memproduksi insulin akan bekerja terlalu keras. Ketika jumlah insulin tidak bisa mengimbangi makanan yang masuk, diabetes pun terjadi.

Gula dan lemak erat kaitannya dengan kalori yang masuk melalui pola makan. Lemak tergolong memiliki kalori yang tinggi, terhitung dua kali lebih banyak dibandingkan protein dan karbohidrat sehingga konsumsi lemak yang tidak dibatasi dengan baik sangat rentan menyebabkan asupan kalori berlebih dan penambahan berat badan.

Harvard Medical School juga menyebutkan bahwa penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh dapat berefek negatif terhadap kesehatan, salah satunya terkait dengan penurunan sensitivitas hormon insulin yang menyebabkan terganggunya pengaturan kadar gula darah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah membatasi asupan gula dan lemak harian sebagai bagian dari pola makan sehat.

"Selain dibatasi jumlahnya, memilih sumber makanan dengan kandungan lemak baik juga penting dilakukan misalnya buah alpukat, kacang-kacangan, ikan salmon atau tuna, dan gunakan minyak kanola atau minyak zaitun sebagai pilihan untuk menumis," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement